ABSTRACT
Spectrophotometric determination of
ionization constants determined ionization constants of methyl red indicator by
means of spectrophotometry using a spectrophotometer. Spectrophotometric is one
method of qualitative analysis is based on the measurement of light absorption
/ monochromatic light by a strip of colored solutions with a certain
wavelength. Spectrophotometric method is done by determining the absorption
spectrum of methyl as snow in the form of acid solution or alkaline solution.
Then selected two maximum wavelengths (λ1 and λ2) and
described absorbsinya groove to the wavelength. In this experiment the absorbance
measurements using λ= 400 ─ 600 nm, and λ max= 520 obtained nm and λ min= 420
nm. . Ionization constants declared with Ka. Ionization constant is directly
proportional to the absorbance because Ka is the value of y = 1.4179 x +
0.56716.
Keywords: Absorbance, Methyl red,
Wavelength, spectrophotometry, and ionization constants.
ABSTRAK
Penentuan tetapan pengionan secara
spektrofotometri, ditentukan tetapan pengionan indikator metil merah dengan
cara spektrofotometri menggunakan spektrofotometer. Spektrofotometri merupakan
salah satu metode analisa kualitatif yang didasarkan pada pengukuran serapan
cahaya/sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna dengan panjang
gelombang tertentu. Metode spektrofotometri dilakukan dengan penentuan spektrum
absorbsi metil metah dalam bentuk larutan asam atau larutan basa. Kemudian
dipilih dua panjang gelombang maksimum (λ1 dan λ2 ) dan
digambarkan aluran absorbsinya terhadap panjang gelombang. Pada percobaan
ini pengukuran absorbansi menggunakan λ = 400 ─ 600 nm, kemudian didapatkan λ
max = 520 nm dan λmin = 420 nm. . Tetapan pengionan dinyatakan dengan Ka.
Tetapan pengionan berbanding lurus dengan absorbansi karena Ka adalah nilai
dari y = 1,4179 x + 0,56716.
Kata kunci:
Absorbansi, Metil merah, Panjang gelombang, Spektrofotometri, dan Tetapan
Pengionan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis
spektroskopi didasarkan pada interaksi radiasi dengan spesies kimia. Berprinsip
pada penggunaan cahaya / tenaga magnet atau listrik untuk mempengaruhi senyawa
kimia sehingga menimbulkan tanggapan. Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari
materi dan atributnya berdasarkan cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan,
diserap atau dipantulkan oleh materi tersebut. Spektroskopi umumnya digunakan
dalam kimia fisik dan kimia analisis untuk mengidentifikasi suatu substansi
melalui spektrum yang dipancarkan atau yang diserap. Alat untuk merekam spektrum
disebut spektrofotometer (Day & Underwood, 2001).
Metode
spektrofotometri telah sangat populer untuk penentuan logam tetapi baru-baru
ini telah menjadi usang, karena memakan waktu dan tidak menjamin dengan cukup
rendah deteksi batas. Alat spektrofotometer serapan atom varian spectra
meliputi panjang gelombang, laju alir, lebar celah, kuat arus, dan tinggi
burner (Niedzielski, 2003).
Metode penyelidikan dengan bantuan spektrofotometer
disebut spektrofotometri. Dengan sumber cahaya apapun, spektrofotometer terdiri atas sumber sinar, prisma, sel
sampel, detektor dan pencatat. Spektroskopi UV/ Vis merupakan metode penting
yang mapan, andal dan akurat. Dengan menggunakan spektroskopi UV/Vis, substansi
tak dikenal dapat diidentifikasi dan konsentrasi substansi yang dikenal dapat
ditentukan. Pelarut untuk spektroskopi UV harus memiliki sifat pelarut yang
baik dan memancarkan sinar UV dalam rentang UV yang luas (Day & Underwood,
2001).
Spektrofotometer
UV-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitansi, reflektansi dan
absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer
sesuai dengan namanya merupakan alat yang terdiri dari spektrometer dan
fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Suatu spektrofotometer tersusun dari
sumber spektrum sinar tampak yang sinambung dan monokromatis. (Fessenden, 1982).
1.2 Tujuan Percobaan
Menentukan
tetapan pengionan indikator metil merah secara spektrofotometri.
1.3 Prinsip Percobaan
Penentuan
tetapan pengionan indikator metil merah secara spektrofotometri menggunakan spektrofotometer
berdasarkan perbandingan nilai indikator tersebut. Dengan reaksi pengionan metil
merah dapat dinyatakan dengan:
HMR
→ H+ + MR-
Tetapan pengionan dapat
ditentukan dengan cara :
Ka
=
dimana pKa = pH – log 


Menentukan
spektrum absorpsi metil merah bentuk 1 (dalam larutan asam) dan bentuk 2 (dalam
larutan basa), kemudian dipilih dua panjang gelombang maksimum dan minimum
yaitu λ1 dan λ2. Selanjutnya dengan menggambarkan aluran
absorbansi terhadap panjang gelombang untuk HMR dan MR-.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Spektrofotometri
Spektrofotometri
adalah suatu metode yang dapat digambarkan sebagai suatu perpanjangan dari
penelitian visual dimana studi yang lebih tinggi atau terinci mengenai
pengabsorpsian energi cahaya oleh spesi kimia. Spektrofotometri merupakan studi
mengenai interaksi antara energi cahaya dan materi (Day & Underwood, 2001).
Spektrofotometri
melibatkan penggunaan spektrofotometer. Spektrofotometer adalah fotometer (alat
untuk mengukur intensitas cahaya) yang dapat mengukur intensitas sebagai fungsi
dari sumber cahaya panjang gelombang. Metode umum menggunakan spektrofotometer
memerlukan pembangunan kurva standar (juga disebut referensi analitis kurva
kalibrasi) untuk konstituen yang ditentukan (Hamzah, dkk, 2013).
2.1.2 Panjang Gelombang dan
Absorbansi
Bila
suatu zat disimpan dengan radiasi elektromagnetik. Zat ini menyerap
panjang-panjang gelombang tertentu dari radiasi dan membiarkan panjang
gelombang yang lain lewat pada gelombang yang diserap atau zat yang disebut
spektrum absorpsi. Panjang gelombang ialah jarak antara dua titik yang identik
pada gelombang (Keenan, 1990).
Absorbansi
cahaya tampak dan radiasi UV meningkatkan energi elektromagnetik sebuah
molekul. Artinya energi yang disumbangkan oleh foton-foton memungkinkan
elektron-elektron tersebut mengatasi kekayaan inti dan pindah ke orbital baru
yang lebih tinggi energinya (Day & Underwood, 2001).
2.1.3 Hukum Lambert – Beer
Hubungan Lambert-Beer menyatakan
bahwa bila cahaya monokromatik meliputi atau melewati medium tembus cahaya,
laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan, berbanding lurus
dengan bertambahnya medium yang menyerap cahaya yang masuk dengan fraksi mol
yang sama (Basset, dkk, 1994):

Dimana:
I = Intensitas cahaya masuk
L = Tebal medim
K = Faktor kesebandingan
Pada suatu kurva
standard dan adisi standar terdapat hubungan antara konsentrasi(C) dengan
absorbansi (A) dapat diketahui dengan persamaan regresi linear dengan
menggunakan hukum Lambert-Beer (Dewi, 2012):
Y = Bx + A
|
Dimana
:
Y : absorbansi sampel x : konsentrasi sampel
B :
slope A :
intersep
2.1.4 Metil Merah dan Warna
Komplementer
Metil
merah jika dilarutkan dalam air akan menjadi zwitter ion. Jika berada dalam
suasana asam, senyawa ini berupa HMR akan berwarna merah dan memiliki 2 bentuk
resonansi. Dalam suasan basa, ion akan hilang dan menjadi anion MR- yang
berwarna kuning (Basset, dkk, 1994).
Suatu
zat menjadi berwarna apabila mengabsorpsi beberapa panjang gelombang dari warna
putih. Cahaya yang dipantulkan gelombang ini maka warna yang terlihat adalah
panjang gelombang yang tertinggal, dengan kata lain warna benda-benda yang
terlihat oleh mata bukanlah warna sebenarnya tetapi warna komplementernya
(Brady, 1999).
2.2
Analisis Bahan
2.2.1 Akuades (H2O)
Cairan
tak berwarna, tak berbau, memiliki titik didih 100 oC dan titik beku
0 oC. Akuades merupakan pelarut yang baik yang dapat melarutkan
banyak elektrolit dan bersifat netral (Daintith, 1994).
2.2.2 Asam Asetat (CH3COOH)
Asam
asetat merupakan asam lemah tidak berwarna, berbau keras menyengat yang
dihasilkan dari fermentasi alkohol. Asam asetat murni membeku pada suhu 290 K,
titik didih 16.6 oC. titik leleh -118 oC. Asam asetat
dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata serta iritasi (Kusuma, 1983)
2.2.3 Asam Klorida
(HCl)
Merupakan
senyawa yang berbentuk cair, tidak berwarna dan korosif, dapat merusak kulit
dan organ pernapasan, memiliki titik didih 85 oC (Daintith, 1994).
2.2.4 Etanol (C2H5OH)
Merupakan
larutan tak berwarna memiliki titik didih 102oC dan titik lebur 169oC.
Senyawa ini merupakan racun jika terminum (Daintith, 1994).
2.2.5 Metil Merah (C15H15N3O2)
Metil
merah dalam air ditemukan sebagai zwitter ion, memiliki rentang pH 4.4 – 6.0.
Pada pH < 4 berwarna merah dan pada
pH >6 berwarna kuning (Basset, dkk, 1994).
2.2.6 Natrium Asetat (CH3COONa)
Merupakan
kristalin tak berwarna yang dikenal sebagai garam anhidrat kehilangan air pada
50oC. Kedua bentuk ini larut dalam air dan dalam etanol sedikit
larut (Basri, 2003).
2.2.7 Natrium
Hidroksida (NaOH)
Padatan
berbentuk kristal, berwarna putih,.bersifat basa kuat dan higroskopis. Titik
didih 1390oC dan titik leleh 318oC. Bersifat korosif
dengan jaringan tubuh dan bahaya jika terkena mata (Kusuma, 1983).
BAB
III
METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1
Alat
Alat - alat yang
digunakan pada percobaan ini adalah batang pengaduk, botol semprot, bulb, cawan petri, erlenmeyer
50 ml dan 100 ml, gelas beaker 50 ml dan 100 ml, labu ukur 100 ml, 250 ml, dan
500 ml, pipet tetes, pipet volum 1 ml, 5 ml, dan 10 ml, rak tabung, spatula,
spektrofotometer, dan tabung reaksi.
3.1.2
Bahan
Bahan – bahan yang
digunakan pada percobaan ini adalah akuades, asam klorida, etanol, metil merah,
natrium asetat, dan natrium hidroksida.
3.2
Prosedur Kerja
Pertama-tama
pembuatan larutan baku metil, ditimbang 0,5 gr metil merah kristal. Dilarutkan
dalam 30 mL etanol 95%, kemudian diencerkan hingga tepat 500 mL dengan aqua
d.m. Pembuatan larutan standar metil merah diambil 10 mL larutan baku metil,
ditambahkan kedalam etanol 95% dalam labu takar 100 mL, diencerkan hingga 100
mL.
Pada
spektrum absorpsi bentuk asam, HMR ditentukan dalam larutan HCl 5 mL larutan
standar ditambahkan 10 mL 0,1 M HCl dan diencerkan hingga tepat 100 mL.
Sedangkan untuk spektrum absorpsi bentuk basa, MR- ditentukan dalam
larutan standar yang ditambah 25 ml 0,04 M NaOH dan diencerkan hingga tepat 100
mL.
Berdasarkan
kedua larutan asam dan basa, ditentukan absorbansinya pada berbagai panjang
gelombang mulai 400 nm–500 nm. Untuk memudahkan, sebagai sel pembanding
(blanko) digunakan aqua d.m. Dibuat kurva A terhadap
dan dipilih
yang sesuai (tepat)
untuk dianalisis. Untuk pengujian dipenuhi hukum Lambert-Beer dan ditentukan
harga-harga indeks absorbansi molaar HMR dan MR- pada
, diamati
absorbansi
untuk berbagai konsentrasi metil merah dalam
larutan asam dan basa. Berbagai konsentrasi larutan dapat diperoleh secara
pengenceran dengan digunakan larutan 0,1 N HCl atau 0,01 N NaOH (pengenceran
2x, 4x, 8x) dengan demikian mediumnya akan tetap. Sedangkan untuk penentuan
tetapan kesetimbangan ionisasi, dibuat tiga larutan sebagai berikut yang
terdiri dari 5 mL larutan standar ditambahkan 25 mL larutan 0,04 M natrium
asetat, kemudian volumenya ditepatkan menjadi 100 mL dengan ditambahkan 0,01 M
asam asetat, 0,05 M asam asetat, dan 0,10 M asam asetat.




3.3.
Rangkaian Alat

Gambar 3.3.1
Spektrofotometer
Keterangan gambar:
1. tempat kuvet 7. tombol untuk
mencetak
2. display digital 8. pengatur panjang gelombang
3. mode indikator 9. pengatur
transmitan/absorbans (100%T/0 A)
4. mode pilihan 10. tombol
power/pengatur nol
5. tombol pengurangan 11.
pengatur filter
6. tombol menaikkan
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
4.1.1.
Tabel dengan Panjang Gelombang 400-600 nm
λ
(nm)
|
HCl
0,1 M
|
NaOH
0,04 M
|
λ
(nm)
|
HCl
0,1 M
|
NaOH
0,04 M
|
400
|
0,009
|
0,295
|
505
|
0,508
|
0,052
|
405
|
0,008
|
0,307
|
510
|
0,538
|
0,027
|
410
|
0,009
|
0,316
|
515
|
0,551
|
0,016
|
415
|
0,0021
|
0,329
|
520
|
0,562
|
-0,001
|
420
|
0,029
|
0,341
|
525
|
0,555
|
-0,009
|
425
|
0,027
|
0,336
|
530
|
0,549
|
-0,023
|
430
|
0,035
|
0,339
|
535
|
0,535
|
-0,027
|
435
|
0,049
|
0,340
|
540
|
0,517
|
-0,031
|
440
|
0,065
|
0,335
|
545
|
0,483
|
-0,039
|
445
|
0,077
|
0,328
|
550
|
0,455
|
-0,033
|
450
|
0,102
|
0,320
|
555
|
0,409
|
-0,032
|
455
|
0,110
|
0,316
|
560
|
0,348
|
-0,040
|
460
|
0,156
|
0,302
|
565
|
0,278
|
-0,036
|
465
|
0,187
|
0,278
|
570
|
0,210
|
-0,039
|
470
|
0,228
|
0,260
|
575
|
0,143
|
-0,035
|
475
|
0,272
|
0,233
|
580
|
0,090
|
-0,037
|
480
|
0,306
|
0,201
|
585
|
0,053
|
-0,038
|
485
|
0,356
|
0,173
|
590
|
0,030
|
-0,049
|
490
|
0,395
|
0,134
|
595
|
0,012
|
-0,036
|
495
|
0,432
|
0,100
|
600
|
0,006
|
-0,047
|
500
|
0,474
|
0,074
|
4.1.2.
Pada Larutan HCl (HMO)
C(X)
|
A1
(λ=420) nm
|
A2
(λ=520) nm
|
0,1
|
0,005
|
0,552
|
0,05
|
0,391
|
0,397
|
0,025
|
0,452
|
0,433
|
0,0125
|
0,068
|
0,050
|
4.1.3. Pada Larutan
NaOH (MO‾)
C(X)
|
A1
(λ=420) nm
|
A2
(λ=520) nm
|
0,04
|
0,351
|
0,007
|
0,02
|
0,121
|
0,037
|
0,01
|
0,526
|
0,415
|
0,005
|
0,015
|
0,022
|
4.1.4. Pada Tetapan
Kesetimbangan Ionisasi
CH3COONa
|
A1
(λ=420) nm
|
A2
(λ=520) nm
|
0,1
|
0,409
|
0,722
|
0,05
|
0,054
|
0,221
|
0,01
|
0,063
|
0,078
|
4.2
Pembahasan
Spektrofotometri
adalah sebuah metode analisis untuk mengukur konsentrasi suatu senyawa
berdasarkan kemampuan senyawa tersebut mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya. Spektrofotometer adalah suatu instrumen yang
mengukur transmitan atau absorbansi sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer
terdiri dari spektrometer dan fotometer, spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer
adalah pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Dalam percobaan kali ini digunakan indikator metil
merah sebagi sampel untuk ditentukan
tetapan pengionannya dari data absorbandi atau persen transmitan. Metil merah sering
digunakan untuk indikator titrasi asam basa, akan berwarna merah pada pH di
bawah 4,4 dan akan
berwarna kuning di atas 6,2.
4.2.1
Analisis Prosedur
Pada
percobaan ini dilakukan pembuatan larutan baku metil merah dengan dilarutkan
0.5 gram metil merah Kristal dalam 300 mL etanol 95% dan dimasukkan dalam labu
ukur 500 mL, ditambahkan akuades dan ditepatkan hingga tanda batas, terlihat
warna larutan menjadi merah pekat. Kemudian dibuat larutan standar metil merah
dengan dilarutkan 10 mL larutan baku metil merah dalam 25 mL etanol 95% dan
dimasukkan dalam labu ukur 250mL, ditambahkan akuades dan ditepatkan hingga
tanda batas. Selanjutnya dibuat spectrum absorbansi bentuk asam dalam larutan
bertingkat dengan dilarutkan 10 mL HCl 0.1M dalam 5 mL larutan standar dan
dimasukkan dalam labu ukur 100 mL, ditambahkan akuades dan ditepatkan hingga
tanda batas. Kemudian larutan tadi diambil 0.8 mL dimasukkan dalam labu ukur
100 mL dan ditambahkan akuades lalu ditepatkan hingga tanda batas. Lalu dibuat
larutan HCl 0.05 M dengan diambil 50 mL larutan tadi, dimasukkan dalam labu
ukur 100 mL dan ditambahkan akuades lalu ditepatkan hingga tanda batas. Setelah
itu dibuat kembali larutan HCl 0.025M dengan diambil 50 mL larutan HCl 0,05M
tadi, dimasukkan dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan akuades lalu ditepatkan
hingga tanda batas. Dibuat lagi larutan HCl 0.0125M dengan diambil 50mL larutan
HCl 0.025 M tadi, dimasukkan dalam labu ukur 100mL dan ditambahkan akuades lalu
ditepatkan hingga tanda batas. Fungsi penambahan HCl yaitu untuk metil merah menjadi
asam dan menangkap ion Cl- dari HCl serta pH larutan menurun dan
menyebabkan larutan berubah warna menjadi merah muda. Reaksi yaitu C15H15N3O2
+ HCl
C15H16N3O2Cl
dengan berikatan dengan Cl- dan H+ maka larutan menjadi
asam. Terakhir sisa dari ketiga larutan tadi dimasukkan dalam tabung reaksi.
Salah satu dari tabung reaksi tersebut yang berisi larutan dengan konsentrasi
tertinggi di ambil dan diukur panjang gelombangnya dengan spektrofotometer.
Kemudian ketiga larutan dalm tabung tersebut diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer kembali.

Selanjutnya
dibuat spectrum absorbansi bentuk basa dalam larutan bertingkat. Pertama dibuat
terlebih dahulu larutan NaOH dengan dilarutkan 0.2 gr NaOH padat ditambahkan
10mL larutan standar metil merah dan diencerkan dengan akuades dalam labu ukur
100mL dan ditepatkan hingga tanda batas, diperoleh larutan NaOH 0.04M. Lalu
dipipet 50 mL larutan tadi dimasukkan dalam labu ukur 100mL, ditambahkan
akuades dan ditepatkan hingga tanda batas, diperoleh larutan NaOH 0.02M.
Kemudian larutan tersebut diambil 50 mL dimasukkan dalam labu ukur 100mL dan
ditambahkan akuades lalu ditepatkan hingga tanda batas,diperoleh larutan NaOH
0.01M. kemudian dipipet kembali 50 mL larutan tadi, dimasukkan dalam labu ukur
100 mL dan ditambahkan akuades lalu ditepatkan hingga tanda batas,dan diperoleh
larutan NaOH 0.005M. Setelah diambil 50 mL, dimasukkan dalam labu ukur 100 mL
dan ditambahkan akuades lalu ditepatkan hingga tanda batas. Fungsi penambahan
NaOH yaitu untuk membasakan larutan dengan cara metil merah yang menangkap ion
Na+. Reaksinya yaitu C15H15N3O2
+ NaOH
C15H16N3O3Na
dengan mengurai H+ maka larutan bersifat basa. Terakhir sisa dari
ketiga larutan tadi dimasukkan dalam tabung reaksi. Salah satu dari tabung
reaksi tersebut yang berisi larutan dengan konsentrasi tertinggi di ambil dan
diukur panjang gelombangnya dengan spektrofotometer. Kemudian ketiga larutan
dalm tabung tersebut diukur absorbansinya dengan spektrofotometer kembali.

Dilanjutkan
lagi pada penentuan indeks dengan dibuat larutan natrium asetat (CH3COONa)
dengan dilarutkan 0.322 gr natrium asetat dan diencerkan dengan akuades dalam
labu ukur 100mL dan ditepatkan hingga tanda batas. Selanjutnya dilakukan
pengenceran sampai 3x untuk mengetahui indeks absorbansi. Tujuan dari
pengenceran yaitu untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap panjang
gelombang dan absorbansi yang terjadi. Secara teori
apabila konsentrasi makin besar maka absorbansi akan semakin besar pula.
Pertama larutan standar natrium asetat dipipet 50 mL dimasukkan dalam labu ukur
100mL dan ditambahkan akuades lalu ditepatkan hingga tanda batas. Begitu
seterusnya hingga tiga kali dengan volume larutan natrium bervariasi yaitu 50 mL
dan 20 mL, warna yang dihasilkan dari ketiga larutan tersebut adalah bening
atau tak berwarna.
Terakhir pembuatan
larutan untuk tetapan kesetimbangan ionisasi dengan dibuat larutan standar
dengan dilarutkan sebanyak 0.57 mL asam asetat (CH3COOH) dengan
akuades dimasukkan dalam labu ukur 100mL lalu ditepatkan hingga tanda batas.
Setelah itu dipipet sebanyak 0.57 mL larutan (CH3COOH) ditambahkan
larutan (CH3COONa) 30 mL, dimasukkan dlam labu ukur 100 mL dan
diencerkan dengan akuades dan ditepatkan hingga tanda batas, larutan berwarna
merah muda jernih. Kemudian dipipet lagi sebanyak 50 mL larutan (CH3COOH)
ditambahkan larutan (CH3COONa) 30 mL, dimasukkan dlam labu ukur
100mL dan diencerkan dengan akuades dan ditepatkan hingga tanda batas, larutan
berwarna merah muda jernih. Lalu dipipet kembali sebanyak 20 mL larutan (CH3COOH)
ditambahkan larutan (CH3COONa) 30 mL, dimasukkan dlam labu ukur 100 mL
dan diencerkan dengan akuades dan ditepatkan hingga tanda batas, larutan
berwarna merah muda jernih. Larutan asam asetat terdisosiasi
parsial di dalam air menjadi CH3COO- dan H+. Lalu
ditambahkan larutan standar untuk menentukan apakah larutan standar akan berada
pada keadaan asam atau basa. Fungsi penambahan CH3COONa adalah sebagai larutan buffer untuk menyangga larutan
agar berada pada pH yang stabil berkisar antara 3,2 - 4,4. Terakhir
dimasukkan secukupnya dari ketiga larutan tadi dalam tabung reaksi dan diukur
absorbansinya dengan panjang gelombang 420 nm dan 520 nm dengan
spektrofotometer.
4.2.2
Analisis Hasil
Pada suasana
asam metil merah berwarna merah dan pada suasana basa akan berwarna
kuning hal itu dikarenakan pada bentuk basa ion hidrogen lepas dari ikatan
–N=N, sehingga memberikan bentuk yang
berbeda dengan bentuk asamnya. Struktur asam dari metil merah dapat melakukan
resonansi, perbedaan struktur bentuk asam dan basa inilah yang
akan mempengaruhi panjang gelombang nantinya,dan panjang gelombang berhubungan
dengan spektrum warna yang dihasilkan. Selain itu juga bisa dijelaskan
dengan prinsip kesetimbangan HMR → H+ +
MR-, maka apabila ditambahkan
asam maka reaksi akan bergeser ke kiri dan spesi asam akan banyak
terbentuk (berwarna merah), apabila
ditambahkan basa maka reaksi akan bergeser ke kanan, maka spesi MR-
banyak terbentuk (berwarna kuning).

Gambar 1.
Strutur metil merah
|
Persamaan reaksi metil merah ketika
larutan berwarna merah atau suasana asam.
|
Persamaan reaksi metil merah ketika
laruatn berwarna kuning atau dalam suasana basa. Dari data hasil percobaan pengukuran absorbansi tethadap larutan metil
merah bentuk asam dari panjang gelombang 400 nm sampai 600 nm maka didapat
panjang gelombang maksimum yaitu 420 nm dan pada panjang gelombang tersebut mencapai absorbansi maksimum.
Untuk larutan metil merah basa dilakukan pengukuran dari panjang gelombang 400
nm sampai 600 nm maka di dapat pnjang gelombang maksimum yaitu 520
nm karena pada panjang gelombang tersebut tercapai absorbansi makasimum yaitu
0,552.
Menurut teori grafik absorbansi terhadap konsentrasi pada HCl dan NaOH
dengan panjang gelombang 420 nm dan 520 nm adalah semakin besar konsentrai maka
nilai absorbansinya akan semakin besar juga. Tetapi pada percobaan ini hal itu
tidak terbukti dikarenakan adanya faktor- faktor yang tidak terpenuhi
misal kurang teliti dalam proses standarisasinya. Hal ini sesuai dengan hukum
Lambert-Beer bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi dan
ketebalan bahan medium. Hubungan antara energi dan panjang gelombang saling
mempengaruhi satu sama lain. Suatu elektron yang melepas energi hingga keluar
dari ambang batas atom dapat dilihat oleh mata, karena memiliki panjang gelombang
tertentu yaitu 400 nm - 600 nm. Maka besar energi yang dilepas pada suatu
elektron dapat dinyatakan sebagai panjang gelombang. Tetapan pengionan yaitu
perbandingan antara MR‾ dengan HMR. Tetapan pengionan asam (konstanta keasaman kebasaan) adalah merupakan perbandingan antara
ion-ion yang dihasilkan saat
pelarutan dengan jumlah senyawa yang tidak terionkan. Tetapan pengionan
dinyatakan dengan Ka. Tetapan pengionan berbanding lurus dengan absorbansi
karena Ka adalah nilai dari y = 1,4179 x + 0,56716. Pada keseluruhan grafik
dapat dilihat dan ditarik kesimpulan bahwa semakin besar konsentras suatu
larutani maka semakin besar juga absorbansi yang didapat dan panjang gelombang
yang diperoleh juga besar.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dapat
disimpulkan dari percobaan ini digunakan metil merah sebagai zwitter ion atau
larutan penyangga dan air sebagai pembanding. Zwitter ion adalah senyawa yang
memiliki ion positif dan ion negatif. Jika senyawa metil merah dalam suasana
asam berwarna merah dan dalam suasana basa berwarna kuning. Dengan reaksi metil
merah dapat dinyatakan oleh persamaan sebagai berikut:
HMR → H+ + MR‾
Dengan tetapan
pengionan : Ka =
dimana pKa = pH – log 


Dalam
percobaan ini digunakan panjang gelombang 400─600 nm dimana digunakan air
sebagai blanko, dan HCl dan NaOH sebagai absorbannya.
5.2
Saran
Adapun
saran yang dapat disampaikan yaitu ditentukannya absorpsi pada indicator yang
berbeda seperti indicator metil biru, ataupun indicator pp, sehingga praktikan
lebih banyak lagi memperoleh informasi dan pengetahuan tentang penentuan
pengionan dan juga menjadi lebih mengerti dalam menggunakan spektrofotometer.
DAFTAR
PUSTAKA
Basri, 2003. Kamus Lengkap Kimia. Rineka Cipta. Jakarta
Basset, J.
dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Brady, J.E. 1999. Kimia
Universitas Asas dan Struktur. Edisi 5. Jilid 1. Penerjemah : Sukmariah
Maun. Erlangga. Jakarta
Daintith, J, 1994. Kamus Lengkap Kimia. Alih bahasa :
Suminar Achmadi. Erlangga. Jakarta
Day,
R.A dan Underwood, A.L. 2001. Analisa
Kimia Kuantitatif. Edisi 6. Penerjemah:
Iis Sofyan. Erlangga. Jakarta
Dewi, D.C. 2012. Determinasi Kadar Logam Timbale (Pb) Dalam
Makanan Kaleng Menggunakan Destruksi Basah Dan Destruksi Kering. Vol.2.
Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki. Malang
Fessenden, R.A dan J.S.
Fessenden. 1992. Kimia Organik. Jilid
1. Edisi Ketiga. Alih Bahasa: Pudjatmaka. Erlangga. Jakarta
Hamzah, H.H, et.al.
2013. Spectrophotometric Determination Of
Uric Acid In Urine Based-Enzimatic Method Uricase With 4-Aminophenylemine
Diazonium Sulfate (Variamine Blue Rt Salt). School of Chemistry, University
of Southampton. Highfield Campus. Southampton .UK
Keenan, C.W, D.C
Kleinfelter dan J.H Wood. 1990. Kimia
Untuk Universitas. Jilid 2. Edisi keenam. Penerjemah : Pudjaatmaka.
Erlangga. Jakarta
Kusuma, S, 1983. Bahan-Bahan Kimia. Edisi 7. Erlangga.
Jakarta
Niedzielski, P. And
M. Siepak. 2003. Analytical Methods For Determining Arsenic, Antimony And
Selenium In Environmental Samples. Vol.12. Department of Water and Soil Analysis.
Adam Mickiewiez University. Poland
Ø Jawaban Pertanyaan
1. Skema spketrofotometer sinar tampak
- Lampu uap (lampu Natrium, Lampu Raksa)- Lampu katoda
cekung/lampu katoda berongga- Lampu pembawa muatan dan elektroda (elektrodeless
dhischarge lamp)- Laser
·
Skema Spektrofotometer Sinar
Tampak dan Ultraviolet

- lampu wolfram (lampu pijar)
menghasilkan spectrum kontinu pada gelombang 320-2500nm- lampu hydrogen atau
deuterium (160-375 nm)- Lampu gas xenon (250-600 nm)
·
Spektrofotometer IR
- Lampu Nerst,dibuat dari campuran
zirkonium oxida (38%) Itrium oxida (38%) danerbiumoxida (3%)- Lampu globar
dibuat dari silisium Carbida (SiC).- Lampu Nkrom terdiri dari pita nikel krom
dengan panjang gelombang 0,4 – 20 nm
2. Selain
dengan menggunakan cara spektrofotometri , penentuan tetapan kesetimbangan
dapat dilakukan dengan melakukan titrasi potensiometri.
3.
a A + b B c C + d D


{A}a{B}b
Pada kondisi setimbang Q = K
∆G 0 = ∆H 0 - T ∆S 0
∆G = ∆Go + RT ln K
Pada saat kesetimbangan ∆G = 0
∆G0 = - R T ln K
ln K = - ∆G0 / R T -
( -∆H 0 ) / RT +∆S 0/R
Ø Perhitungan
1.1
Pengenceran
a.
Pembuatan Larutan HCl
Untuk
HCl 0,1 M :
Dik: M1 = 12,063
M2
= 0,1M
V2
= 100 mL
Dit: V1=...?
Solusi:
V1.M1 = V2.M2
V1.12,063 = 100.0,1
V1 = 0,828 mL
Untuk
HCl 0,05 M :
V1.M1 = V2.M2
V1.0,1 = 25 .0,05
V1 = 12,5 mL
Untuk
HCl 0,025 M :
V1.M1 = V2.M2
V1.0,05 = 25 .0,025
V1 = 12,5 mL
Untuk
HCl 0,0125 M :
V1.M1 = V2.M2
V1.0,025 = 25 .0,0125
V1 = 12,5 mL
b. Pembuatan
larutan NaOH 0,04 M
Untuk NaOH 0,04 M :
Dik:
M
=
x 


0,04 M =
x 10

gr = 

gr = 0,16 gram
gr = 0,2 gram
Untuk
NaOH 0,02 M :
M1.V1 = M2.V2
0,04.V1 = 0,02. 25
V1 = 12,5 mL
Untuk
NaOH 0,01 M :
V1.M1 = V2.M2
V1. 0,02 = 25 .0,01
V1 = 12,5 mL
Untuk
NaOH 0,005 M :
V1.M1 = V2.M2
V1.0,01 = 25 .0,005
V1 = 12,5 mL
c.
Pembuatan larutan CHзCOOH
Penentuan
massa CH3COONa 0,04 M
M =
x 


0,04 M =
x 


Gr = 0,328 gram
Untuk
CHзCOOH 0,1 M :
Dik
:
M1
= 17,49 M
M2
= 0,1 M
V2
= 100 mL
Dit: V1=...?
Solusi:
V1.M1 = V2.M2
V1.17,49 = 100.0,1
V1 = 0,57 mL
Untuk CHзCOOH 0,05 M :
V1.M1
= V2.M2
V1.0,1 = 25 .0,05
V1 = 12,5 mL
Untuk
CHзCOOH 0,01 M :
V1.M1 = V2.M2
V1.0,05 = 25 .0,01
V1 = 5 mL
d. Persatuan nilai indeks absorbansi
menggunakan regresi linear
d.1
Absorbansi HCl pada λ1 = 420 nm (a1 HMO)
No
|
X
|
y
|
xy
|
x2
|
1
|
0,0125
|
0.068
|
0.00085
|
0,00015625
|
2
|
0.025
|
0,452
|
0,0113
|
0.000625
|
3
|
0.05
|
0.391
|
0,01955
|
0.0025
|
4
|
0,1
|
0,005
|
0,0005
|
0.01
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
A1
HMO 

=

=

=

=
-2,
437
d.2 Absorbansi HCl pada λ1 = 520 nm (a2
HMO)
No
|
X
|
y
|
xy
|
x2
|
1
|
0,0125
|
0.050
|
0.000625
|
0,00015625
|
2
|
0.025
|
0,433
|
0,010825
|
0.000625
|
3
|
0.05
|
0.397
|
0,01985
|
0.0025
|
4
|
0,1
|
0,552
|
0,0552
|
0.01
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
A2
HMO 

=

=

=
0,00863 – 7,64957
=
-7,64094
e.1 Absorbansi NaOH pada λ1 = 420 nm
(a1 MO)
No
|
X
|
y
|
xy
|
x2
|
1
|
0,005
|
0.015
|
0.000075
|
0,000025
|
2
|
0.01
|
0,526
|
0,00526
|
0.0001
|
3
|
0.02
|
0.121
|
0,00242
|
0.0004
|
4
|
0,04
|
0,351
|
0,01404
|
0.0016
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
A1
MO 

=

=

=
10,2564 – 13,5066
=
-3,2502
e.2 Absorbansi NaOH pada λ2 = 520 nm (a2
MO)
No
|
X
|
y
|
xy
|
x2
|
1
|
0,005
|
0.022
|
0.00011
|
0,000025
|
2
|
0.01
|
0,415
|
0,00415
|
0.0001
|
3
|
0.02
|
0,037
|
0,00074
|
0.0004
|
4
|
0,04
|
0,007
|
0,00028
|
0.0016
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
A2
MO 

=

=

=
2,4847 – 6,4133
=
-3,9286

1.a.
0.409 = -2,437 [HMO] – 3,2505 [MOˉ] -3,9286





0.7399 = -15,2605[HMO]
[HMO]
= -0,048
1.b 0,049 = -2,433 [HMO] – 3,2502 [MO-]
0,049 = -2,437 [-0,048]- 3,2502 [MO-]
0,049 = 0,1169 – 3,2502 [MO-]
0,049-0,1169 = -3,2502 [MO-]
0,2921 = -3,2502 [MO-]
[MO-] =

= -0,0898

0.221 = 7,6409 [HMO] – 3,9286 [MOˉ] 0-3,2502
![]() |




0,5061 = 34,488 [HMO]
[HMO]
= 0,0146
2.b 0,054
= -2,437 [HMO] – 3,2502 [MO-]
0,054 = -2,437 [0,0146]- 3,2502 [MO-]
0,054 = -0,0355
– 3,2502 [MO-]
0,054 + 0,0355 = -3,2502 [MO-]
0,0895 = -3,2502 [MO-]
[MO-] =

=
-0,02756
3.a
0.063 = -2,437 [HMO] –
3,2502 [MOˉ] -3,9286

0.078 = 7,6409 [HMO] – 3,9286 [MOˉ] 0-3,2502
![]() |




0,006 = -15,2605 [HMO]
[HMO]
= -0,00039
3.b 0,063 = -2,437 [HMO] – 3,2502 [MO-]
0,063 = -2,437 [0.00039]- 3,2502 [MO-]
0,063 = 0,00095 – 3,2502 [MO-]
0,063 - 0,00095 = -3,2502 [MO-]
0,06205 = -3,2502 [MO-]
[MO-] =

=
-0,0191
4.a.
4.1.
0.1 M
Log
=
= log 1.8708


=0,2720
4.2.
0.05 M
Log
=
= log -1,8876


= -0,275
4.3.
0.01 M
Log
=
= log 48.97


= 1,6899
4.b.
No.
|
C
|
Ph (x)
|
Log
![]() |
1
|
0.1
|
4
|
0.2720
|
2
|
0.05
|
4
|
-0,275
|
3
|
0.01
|
5
|
1.6899
|
Nilai pKa (nilai C pada
y= m x + c)
y= mx + c
m = 

= 

= 

= 1,4179
0.1 = 1,4179 (4) + C
pKa
= C = 0.56716
Ka
= 

Ø Grafik
·
Grafik
HCl dengan λ = 420 nm

·
Grafik
HCl dengan λ=520 nm

·
Grafik
NaOH dengan λ = 420 nm

·
Grafik
NaOH dengan λ = 520 nm

·
Grafik
CH3COONa dengan λ = 420 nm

·
Grafik
CH3COONa dengan λ = 520 nm

Tidak ada komentar:
Posting Komentar