Breaking News

Sabtu, 07 November 2015

LAPORAN PRAKTIKUM VISKOSITAS



ABSTRACT
Fluid viscosity as a function of temperature. Determination of the viscosity of a liquid is measured at a given temperature by using a method Oswald viscometer and liquid water which acts as a comparator. Determination of the mass density of the liquid at a given temperature using a pycnometer. This experiment measured the time needed distilled water, chloroform and toluene to flow freely from the upper limit of n with m under constant pressure. Obtained the density of water is 0.99823 gr/cm3 temperature of 20oC, 25oC = 0.99707 gr/cm3, 30oC and 35oC gr/cm3 = 0.99567 gr/cm3 = 0.9941 gr/cm3 . Density of chloroform at a temperature of 20oC is 1.468 gr/cm3, 1.462 gr/cm3 = 25oC, 30oC and 35oC gr/cm3 = 1.454 = 1.454 gr/cm3. The density of toluene at a temperature of 20oC is 0.865 gr/cm3, 0.864 gr/cm3 = 25oC, 30oC and 35oC  = 0.859 gr/cm3 = 0.855 gr/cm3. Viscosity of chloroform at a temperature of 20oC is 7.481 x10 - 4 cP, 25oC = 6.8357 x10 - 4 cP , 30oC = 6.20482 x10 - 4 cP and 35oC = 6.02856 x10 - 4 cP . Viscosity of toluene at a temperature of 20oC is 6.44 x10 - 3 cP , 25oC = 6.3439 x10 - 4 cP, 30oC = 6.4133 x10 - 4 cP and 35oC = 5.3136 x10 - 4 cP. Chloroform threshold energy = -18.277 kJ/mol-1 and threshold energy = -18.477 kJ/mol-1 toluene. 
Key words: distilled water, chloroform, oswald method, toluene  and viscosity


ABSTRAK
Viskositas cairan sebagai fungsi suhu. Penentuan viskositas suatu cairan yang diukur pada suhu tertentu dengan metode Oswald menggunakan viskometer dan air yang berperan sebagai cairan pembanding. Penentuan rapatan massa cairan pada suhu tertentu menggunakan piknometer. Percobaan ini dilakukan pengukuran waktu yang dibutuhkan akuades, kloroform dan toluena untuk mengalir bebas dari batas atas m ke batas bawah n dengan tekanan tetap. Diperoleh densitas air suhu 20oC adalah 0,99823 gr/cm3, 25oC = 0,99707 gr/cm3, 30oC = 0,99567 gr/cm3 dan 35oC = 0,9941 gr/cm3. densitas kloroform pada suhu 20oC adalah 1,468 gr/cm3, 25oC = 1,462 gr/cm3, 30oC = 1,454 gr/cm3 dan 35oC = 1,454 gr/cm3. Densitas toluena pada suhu 20oC adalah 0,865 gr/cm3, 25oC = 0,864 gr/cm3, 30oC = 0,859 gr/cm3 dan 35oC = 0,855 gr/cm3. Viskositas kloroform pada suhu 20oC adalah 7,481x10-4 cP, 25oC = 6,8357x10-4 cP, 30oC = 6,20482x10-4 cP dan 35oC = 6,02856x10-4 cP. Viskositas toluena pada suhu 20oC adalah 6,44x10-3 cP, 25oC = 6,3439x10-4 cP, 30oC = 6,4133x10-4 cP dan 35oC = 5,3136x10-4 cP. Energi ambang kloroform = -18,277 kJ/mol-1 dan energi ambang toluena = -18,477 kJ/mol-1.
Kata kunci : akuades, kloroform, metode oswald,toluena, dan viskositas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Setiap fluida, gas atau cairan, memiliki suatu sifat yang dikenal sebagai viskositas, yang dapat didefinisikan sebagai tahanan yang dilakukan suatu lapisan fluida terhadap suatu lapisan lainnya. Salah satu cara untuk menentukan viskositas cairan adalah metode kapiler dari Poiseulle, metode Oswald merupakan suatu variasi dari metode Poiseulle. Pada percobaan kali ini kita menghitung viskositas larutan yang berguna untuk menentukan tahanan fluida berdasarkan suhu yang berbeda-beda (Rosiana, 2005).
Viskositas dari suatu cairan murni adalah indeks hambatan aliran cairan. Pada percobaan ini kita akan mempelajari tentang pengaruh suhu terhadap viskositas cairan. Cairan yang digunakan dapat bermacam-macam, namun pada percobaan ini cairan yang digunakan adalah kloroform dan toluena sedangkan air bertindak sebagai cairan pembanding. Dengan melakukan percobaan ini kita akan mengetahui cairan mana yang memiliki viskositas yang tertinggi (Rosiana, 2005).
Oleh karena itu percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat mengukur viskositas berbagai jenis zat cair. Karena semakin besar nilai viskositas dari larutan maka tingkat kekentalan larutan tersebut semakin besar pula.
1.2  Tujuan Percobaan
Untuk menentukan viskositas cairan dengan metode Oswald dan mempelajari pengaruh suhu terhadap viskositas cairan.
1.3  Prinsip Percobaan
Penentuan viskositas cairan yang diukur pada suhu tertentu menggunakan viskometer oswald dan viskositas air sebagai pembanding, serta penentuan rapatan massa cairan pada suhu tertentu dengan menggunakan piknometer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Viskositas
Viskositas adalah properti fisik penting mengatur produksi, transportasi dan letusan magmas. Viskositas alami dapat menjangkau lebih dari 15 kali lipat terutama dalam menanggapi variasi temperatur, mencairkan komposisi dan proporsi padatan tersuspensi fase cairan (Giordano, Daniele, dkk, 2008). Viskositas ada dalam literatur sejumlah besar persamaan empiris atau semi empiris untuk menggambarkan suhu dari viskositas cairan. Pada zat cairan, ukuran partikel menentukan tingkat kekentalan (viskositas) dari cairan itu sendiri. Perbedaan viskositas pada zat cair menunjukkan fungsi zat cair tersebut (Maulida, R. H, dkk, 2010 ; Poirier, J. P, 1987).
Faktor - faktor yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut (Bird, 1987):
a.       Tekanan                                         d. Ukuran dan berat molekul
b.      Kehadiran zat lain                         e. Temperatur
c.       Berat molekul                                f. Kekuatan antar molekul

2.1.2 Viskositas Cairan Berdasarkan Hukum Newton
Hukum viskositas newton menyatakan bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut fluida tergantung, maka tegangan geser berbanding lurus dengan viskositas. Bila suatu permukaan yang satu diam dan yang lainnya bergerak, dengan kecepatan v, maka untuk menggerakkan permukaan itu diperlukan gaya untuk mengatasi tarikan atau viskositas yang ada diantara dua permukaan tersebut (Roth dan Blaschke, 1988).
Fluida viskositas newton adalah sifat termodinamika yang sebenarnya alirannya tergantung pada suhu dan tekanan. Pada suatu keadaan, nilai kekentalan itu berbeda – beda untuk berbagai fluida ( P = 1 atm, T = 200C ) (Orianto, 1984).         
2.1.3 Viskositas Berdasarkan Persamaan Poiseuille
Cairan viskositas jika mengalir didalam pipa, bagian tengah lebih cepat dan bagian – bagian lebih tapi lebih lambat serta bagian yang melekat didinding pipa tidak bergerak. Sifat ini digunakan oleh poiseuille untuk menentukan koefisien viskositas cairan (Roth dan Blaschke, 1988).
Metode Oswald merupakan suatu variasi dari metode poiseuille. Prinsip metode ini adalah bola diatas sebelah kanan dan dibawah sebelah kiri dimaksudkan agar tekanan dipermukaan sebelah kanan tetap. Disamping itu, cairan yang lewat pipa kapiler dapat diketahui sehingga alat ini baik sekali digunakan untuk membandingkan koefisien viskositas berbagai cairan. Waktu yang dipergunakan untuk cairan sebesar volume bagian yang dibatasi garis berbanding terbalik dengan tekanan dan tanda garis yang dibawah. Tekanan ditentukan oleh berat cairan itu sendiri dan posisi alat. Agar posisi alat ini kecil pengaruhnya pada tekanan digaris bawah, harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga tegak lurus. Percobaan dengan alat oswald ini menghasilkan persamaan, yaitu (Wiryoatmaja, 1988):                                                                       
V = π R4 P t / 8 L η                            
Viskometer dapat diukur dengan beberapa cara, dalam viskometer oswald, waktu yang diperlukan oleh larutan untuk melewati pipa kapiler dicatat dan dibandingkan dengan sampel standar. Metode ini cocok untuk penentuan (η), karena perbandingan viskositas larutan dan pelarut murni, sebanding dengan waktu pengaliran t dan to setelah dikoreksi untuk perbedaan rapatan p dan po (Atkins, 1996).
            Suhu memberikan pengaruh yang besar sedangkan tekanan memberikan pengaruh yang sedang terhadap viskositas. Kekentalan gas dan kebanyakan zat cair naik perlahan-lahan dengan meningkatnya tekanan. Viskositas sangat dipengaruhi temperatur, makin tinggi temperatur maka makin kecil koefisien viskositas (Giles, 1986).
2.2 Analisis Bahan
2.2.1 Akuades (H2O)
Akuades merupakan pelarut yang sangat baik, konstanta, dielektriknya paling tinggi, tidak berwarna, netral dan temperaturnya stabil pada titik beku. Akuades melarutkan banyak elektrolit dan daerah kestabilannya terutama redoks cukup luas serta memiliki densitas 1,0 gr/cm3 titik didih pada 100 oC dan titik beku pada 0 oC (Kusuma, 1983).
2.2.2 Kloroform (CHCl3)
Kloroform merupakan cairan tidak berwarna, berbau tajam, beracun, larut dalam campuran alkohol dan benzen juga air. Digunakan sebagai bahan pelarut lemak, minyak, getah dan bahan berlilin (Daintith, 1994).
2.2.3 Toluena (CH3C6H5)
Toluena adalah senyawa aromatik, merupakan zat cair tak berwarna dan mudah terbakar. Titik lebur -0,4 oC, titik didih 111 oC. Diturunkan melalui benzena dan melalui atom hidrogen. Senyawa ini diperoleh dari larutan batu bara. (Daintith, 1994).






BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan                                                              
3.1.1 Alat                                                                                                  
Alat–alat yang digunakan pada percobaan ini adalah beaker glass, bulp, hotplate, piknometer, pipet ukur, statif, stopwatch, termometer dan viskometer oswald.                                                         
3.1.2 Bahan                                                                                              
Bahan–bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades (H2O), kloroform (CHCl3), dan toluena (CH3C6H5).
3.2 Prosedur Kerja                                                              
Digunakan sampel sebanyak 3 jenis yaitu : akuades, kloroform, dan toluena. Diletakkan gelas kimia berukuran 100 ml. Dimasukkan dengan aquades sebanyak 50 ml. Ditimbang piknometer kosong. Dimasukkan dengan aquades hingga penuh. Ditimbang piknometer yang berisi air. Dipasang alat viskometer dengan menggunakan statif. Sisa air yang terdapat digelas kimia , diukur suhunya dengan varian suhu mulai dari 20, 25, 30 dan 35oC. Dilakukan langkah – langkah yang sama untuk sampel yang berbeda. Dimasukkan ketiga jenis larutan kedalam viscometer secara bertahap, sebelum itu diukur suhunya masing-masing. Dihubungkan mulut pipa kapiler viscometer lainnya dengan memompa gas manual. Dituang secukupnya cairan yang akan diukur, kemudian pompa cairan tersebut hanya melewati tanda batas a. Ditutup lubang atau mulut pipa kapiler viscometer yang terbuka dengan menggunakan bulb. Dinyalakan stopwatch sesaat setelah bulb dilepaskan sehingga cairan turun melewati batas m dan matikan stopwatch sesaat setelah melewati tanda batas n. Dilakukan tiga kali perlakuan yang sama untuk setiap jenis larutan  yang akan diukur. Dicatat hasil pengukuran.       
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgC5PWbkcLY2JOn5psZdHtDB8Apiab-_9lOa2UOmDr7A-UpyaQ0oI6r5hT20mmVW0xCRA_49q_HrOBeBSWybp4C5-CE6zE4Py-4fu2BEW7C99SOyt2hyKXvSKdxpzeGmK7M_biaD_J4XQ2G/s1600/Micro-Ostwald+viscometer-L.jpg3.3. Rangkaian Alat                                                                                                                 m                 
            B                                                   
            n

                                                                                                            A
       Gambar.3.3.1. Alat viskometer oswald

Keterangan :   
A =  bagian pipa untuk memasukkan
B =  bagian pipa untuk aliran cairan dari A
m =  batas atas           
n = batas bawah











BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Pengukuran waktu pada cairan
cairan
Waktu
massa
suhu
T1
T2
T3
Akuades
31,49
31,50
31,45
47,935
20

30,06
29,88
29,83
47,8583
25

29,38
29,52
29,52
47,8406
30

27,45
27,49
27,49
47,8457
35
Kloroform
16,24
16,24
16,07
59,6480
20

15,66
15,70
15,61
59,4241
25

15,93
15,42
15,84
59,2506
30

15,69
15,79
15,70
59,3170
35
Toluena
23,26
23,88
23,79
44,6157
20

24,88
24,28
24,60
44,5505
25

27,09
27,56
27,92
44,4630
30

23,94
23,26
23,52
44,3975
35

4.1.2 Pengukuran rapatan massa pada cairan
JENIS CAIRAN
Berat/ rapatan massa(g) pada temperature (T dalam oC)
m.pikno kosong
20
25
30
35
akuades
23.0555
47.9350
47.8583
47.8406
47.8457
kloroform
-
59.6480
59.4241
59.2506
59.3170
toluena
-
44.6157
44.5505
44.4630
44.3975
                                                                   
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Prosedur
Percobaan viskositas cairan ini bertujuan untuk mengetahui kekentalan zat cair dengan metode ostwad dan untuk menyelidiki pengaruh suhu terhadap kekentalan zat cair. Prinsipnya adalah membandingkan viskositas fluida dengan cairan pembanding, disini yang bertindak sebagai cairan pembanding adalah akuades. Alasan digunakan akuades karena viskositas akuades sudah ada standar satuannya.
Prinsip dari metode oswald adalah sejumlah tertentu cairan dimasukkan ke dalam A, kemudian dengan cara mengisap atau meniup cairan dibawa ke B, sampai melewati garis m. Selanjutnya cairan dibiarkan mengalir secara bebas dan diukur waktu yang diperlukan untuk mengalir dari garis m ke n. Gambar dapat dilihat di rangkaian alat.
Percobaan ini menggunakan metode Oswald. Metode Oswald yang diukur adalah waktu yang diperlukan oleh sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Disini juga dapat ditentukan hubungan waktu alir terhadap viskositas. Semakin lama waktu alir maka viskositas semakin kecil. Jadi dapat dikatakan bahwa semakin encer suatu zat cair maka waktu alirnya akan semakin lama.
Pada percobaan ini pertama-tama, diletakkan viskometer pada posisi vertikal. Dipipet sejumlah tertentu (10-15ml) cairan (akuades, kloroform, dan toluena) yang telah dipanaskan dengan variasi suhu 20oC, 25oC, 30oC, dan 35oC. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap viskositas zat cair. Lalu di masukkan larutan ke dalam reservoir A sehingga jika cairan ini dibawa ke reservoir B dan permukaannya melewati garis m, reservior A kira-kira masih terisi setengahnya. Jangan sampai terisi terlalu penuh karena cairan dapat tumpah ketika di hisap. Dengan dihisap, cairan B dibawa sampai sedikit diatas garis m, kemudian dibiarkan cairan mengalir secara bebas. Dicatat waktu yang diperlukan untuk mengalirkan dari m ke n. Setiap variasi suhu, dilakukan tiga kali pengaliran air secara bebas, jadi waktu yang diperoleh ada tiga untuk lebih menambah keakuratan.
Setelah didapat waktunya, dapat ditentukan massa cairan pada suhu yang bersangkutan dengan piknometer. Dilakukan semua pengerjaan untuk cairan pembanding (akuades). Larutan sampel yang digunakan adalah kloroform dan toluena, penggunaan kedua larutan tersebut karena memiliki viskositas (kekentalan) yag tidak jauh berbeda. Dalam percobaan digunakan viskometer yang sama. Harus menggunakan piknometer dan viskometer yang sama karena setiap alat itu berbeda-beda massanya.

4.2.2 Analisis Hasil
Pada percobaan yang dilakukan, maka diperoleh hasil waktu dan temperatur untuk kedua sampel, dimana menggunakan air sebagai pembanding untuk standar larutan, kloroform dan toluena. Kedua sampel tersebut memiliki densitas atau massa jenis yang varian. Densitas air suhu 20oC adalah 0,99823 gr/cm3, 25oC = 0,99707 gr/cm3, 30oC = 0,99567 gr/cm3 dan 35oC = 0,9941 gr/cm3, semakin tinggi suhu densitas air semakin menurun. Dengan naiknya suhu, ketika suhu naik maka akan ada penambahan energi dan fluida-fluida semakin bertumbukan, dengan bertumbukan ikatan-ikatan molekul akan melemah. Air sebagai pembanding karena air bersifat stabil dan karena air termasuk ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen dapat stabil disebabkan oleh adanya gaya van der waals. Sedangkan kloroform memiliki densitas yaitu pada suhu 20oC adalah 1,468 gr/cm3, 25oC = 1,462 gr/cm3, 30oC = 1,454 gr/cm3 dan 35oC = 1,454 gr/cm3. Semakin tinggi suhu maka semakin berkurang densitas kloroform. Pada toluena densitas pada suhu 20oC adalah 0,865 gr/cm3, 25oC = 0,864 gr/cm3, 30oC = 0,859 gr/cm3 dan 35oC = 0,855 gr/cm3 semakin tinggi suhu maka densitas toluena juga berkurang. Perbandingan densitas kloroform dengan toluena sangat jauh, densitas kloroform jauh lebih besar dibandingkan densitas dari toluena. Bahkan densitas toluena lebih kecil daripada densitas air yang sebagai pembanding. Hasil viskositas kloroform pada suhu 20oC adalah 7,481x10-4 cP, 25oC = 6,8357x10-4 cP, 30oC = 6,20482x10-4 cP dan 35oC = 6,02856x10-4 cP. Viskositas toluena pada suhu 20oC adalah 6,44x10-3 cP, 25oC = 6,3439x10-4 cP, 30oC = 6,4133x10-4 cP dan 35oC = 5,3136x10-4 cP.
Pada hasil perhitungan yang diperoleh, didapat E kloroform = -18,277 kJ/mol-1 dari persamaan grafik y =1062x - 10,84 dan E toluena = -18,477 kJ/mol-1 dari persamaan grafik y =969,1x-10,61. Energi ambang kloroform lebih besar dari toluena, ini dapat terjadi karena densitas, viskositas dan waktu alir yang diperoleh dari kloroform lebih besar daripada toluena, hal  ini dikarenakan densitas aseton yang diperoleh memiliki jumlah yang lebih besar daripada etanol.
Nilai A yang  diperoleh  besar,  karena  harga  b  yang  diperoleh pun bermuatan positif sehingga A yang diperoleh besar. Sedangkan nilai E bermuatan negatif karena A yang diperoleh bernilai minus. Dari grafik diperoleh grafik data yang linier.
Viskositas dipengaruhi oleh gaya Van Der Waals. Gaya Van Der Waals  adalah gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol. Selain itu juga dipengaruhi oleh energi ambang, yaitu sejumlah energi minimum yang diperlukan oleh suatu zat untuk dapat bereaksi hingga terbentuk zat baru.. Waktu yang dihasilkan cairan untuk mengalir bebas pun berbeda-beda. Ini disebabkan karena proses antara pemanasan dan waktu mengukur viskositas terlalu jauh. Bisa juga karena tingkat ketelitian yang rendah karena pada percobaan ini kita menggunakan termometer untuk mengatur suhu. Padahal agar suhu terjaga dengan baik, seharusnya di gunakan thermostat.
            Dari perhitungan yang dilakukan dapat dibuktikan bahwa semakin banyak waktu yang diperlukan oleh suatu cairan untuk mengalir, maka viskositas cairan tersebut semakin besar pula. Hal ini berarti waktu yang diperlukan oleh suatu cairan untuk mengalir sebanding atau berbanding lurus dengan viskositasnya.
Dari percobaan diperoleh hasil percobaan yaitu densitas bahan harga masing-masing viskositas tiap bahan dan grafik hubungan antara 1/T terhadap Ln η. Dari harga densitas yang diperoleh pada suhu yang dingin antara kloroform dan toluena  menunjukan bahwa nilai densitas air lebih besar apabila dibandingkan dengan densitas larutan sampel lainnya. Hal ini karenakan, massa air lebih besar daripada massa kloroform dan toluena. Dari hasil perhitungan densitas pada setiap suhu dan bahan diperoleh nilai yang densitas yang naik turun, terkadang densitas menunjukan kenaikan harga, namun terkadang pula densitas menunjukan penurunan harga.
Hal ini dikarenakan massa yang diperoleh pada tiap bahan menunjukkan angka yang naik turun. Pada hasil percobaan diperoleh viskositas cairan yang menunjukan bahwa semakin rendahnya suhu maka viskositas yang diperoleh akan semakin besar.Hal ini karena molekul semakin merapat sehingga molekul – molekul pada tiap bahan berkumpul dan menyebabkan massa memadat karena suhu yang digunakan kecil. Selain itu juga terjadi interaksi di antara molekul-molekul zat yang melibatkan ikatan hidrogen yang menyebabkan jarak antar molekul juga semakin kecil.
Dari percobaan diperoleh hubungan densitas dengan suhu, yakni semakin besar suhu maka densitas yang diperoleh akan semakin mengecil, hal ini dikarenakan massa pada larutan akan berkurang akibat adanya pergerakan molekul pada larutan yang menyebabkan adanya interaksi antar molekul sehingga terjadi gaya van der waals yang menyebabkan jarak antar molekul semakin besar. Dari percobaan dapat kita lihat bahwa, kloroform memiliki nilai viskositas yang lebih besar daripada toluena. 
Dari percobaan pengukuran viskositas zat cair, dapat dilihat bahwa kloroform memiliki nilai viskositas tertinggi dan toluena terendah, diketahui melalui waktu (t) yang diperlukan untuk melewati batas m ke n lebih banyak. Selain itu didapatkan juga hasil pengukuran densitas dalam gram/cm3, yang hasilnya hampir begitu jauh atau hampir tidak mendekati.
Viskositas menunjukkan kekentalan suatu bahan yang diukur dengan menggunakan alat viscometer. Semakin tinggi viskositas suatu bahan maka bahan tersebut akan makin stabil karena pergerakan partikel cenderung sulit dengan semakin kentalnya suatu bahan. Nilai viskositas berkaitan dengan kestabilan emulsi suatu bahan yang artinya berkaitan dengan nilai stabilitas emulsi bahan.  Viskositas atau kekentalan dari suatu cairan adalah salah satu sifat cairan yang menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya geser.
Viskositas terjadi terutama karena adanya interaksi antara molekul-molekul cairan. Suatu cairan dimana viskositas dinamiknya tidak tergantung pada temperatur, dan tegangan gesernya proposional (mempunyai hubungan linear) dengan gradien  kecepatan dinamakan suatu cairan Newton. Perilaku viskositas dari cairan ini adalah menuruti Hukum Newton untuk kekentalan.
Berat jenis (specific weight) dari suatu benda adalah besarnya gaya grafitasi yang bekerja pada suatu massa dari  suatu satuan volume, oleh karena itu   berat jenis dapat didefinisikan sebagai: berat  tiap satuan volume. Pada percobaan ini pertama-tama dilakukan pengukuran massa jenis masing-masing zat yang akan dicobakan, yaitu akuades, kloroform dan toluen, dengan suhu 20oC, 25oC, 30o C dan 35oC.
Percobaan ini dilakukan dengan menimbang piknometer kosong yang bertujuan untuk mengetahui masa pikonometer kosong agar mengetahui masa sampel ketika dimasukkan kedalam piknometer. Saat pengisian ke dalam piknometer tidak boleh terdapat gelembung karena akan mempengaruhi hasil penimbangan. Dari hasil diketahui bahwa suhu berbanding terbalik dengan massa jenis zat. Semakin tinggi suhu maka semakin kecil massa jenis zat-nya. Hal ini disebabkan karena ketika suhu mengingkat, molekul pada zat cair akan bergerak cepat diakibatkan oleh tumbukan antar molekul, akibatnya molekul dalam zat cair akan meregang dan massa jenis akan semakin kecil.
Pada percobaan selanjutnya, zat cair yang telah ditentukan massa jenisnya dimasukkan ke dalam viskometer dengan mengusahakan agar tidak ada gelembung dalam viskometer. Hal ini bertujuan agar aliran laminar tidak terganggu oleh adanya gelembung yang akan mengakibatkan waktu yang diperoleh tidak sesuai dengan waktu yang seharusnya.
Dari hasil analisis di atas, diperoleh bahwa toluena memiliki koefisien viskositas lebih rendah dibandingkan kloroform. Selain itu dapat pula diketahui bahwa semakin tinggi suhu larutan, maka koefisien viskositas semakin menurun. Hal ini karena pada suhu tinggi, gerakan partikel dalam larutan lebih cepat sehingga viskositasnya menurun. Pada percobaan ini kita menggunakan akuades sebagai pembanding. Hal ini dilakukan karena akuades sudah memiliki ketetapan untuk nilai viskositasnya Hasil yang didapat dari grafik yaitu semakin besar suhu maka akan semakin kecil massa jenis zat-nya. Hal ini karena ketika suhu meningkat, molekul pada zat cair akan bergerak cepat diakibatkan oleh tumbukan antar molekul, akibatnya molekul dalam zat cair akan meregang dan massa jenis akan semakin kecil. Selain itu dapat pula diketahui bahwa semakin tinggi suhu larutan, maka koefisien viskositas semakin menurun. Hal ini karena pada suhu tinggi, gerakan partikel dalam larutan lebih cepat sehingga viskositasnya menurun. Molekul semakin merapat sehingga molekul-molekul pada tiap bahan berkumpul dan menyebabkan massa memadat karena suhu yang digunakan kecil.Selain itu juga terjadi interaksi di antara molekul-molekul zat yang melibatkan ikatan hidrogen yang menyebabkan jarak antar molekul juga semakin kecil.
Viskositas suatu bahan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu, viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan turun dan begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurunkan kekentalannya. Konsentrasi larutan, viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula. Berat molekul, viskositas berbanding lurus dengan berat molukel , karena dengan adanya solute yang berat akan menghambat atau memberi beban yang berat pada cairan sehingga menaikkan viskositasnya. Tekanan, akan bertambah jika nilai dari viskositas itu bertambah. Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu zat cair.


BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
·         Prinsip metode oswald adalah sejumlah cairan dimasukkan ke dalam reservoir A, kemudian dengan cara menghisap atau meniup cairan dibawa ke reservoir B sampai melewati garis m. Selanjutnya cairan dibiarkan mengalir secara bebas dan diukur waktu yang diperlukan untuk mengalir dari garis m ke n.

·         Diperoleh densitas air suhu 20oC adalah 0,99823 gr/cm3, 25oC = 0,99707 gr/cm3, 30oC = 0,99567 gr/cm3 dan 35oC = 0,9941 gr/cm3. densitas kloroform pada suhu 20oC adalah 1,468 gr/cm3, 25oC = 1,462 gr/cm3, 30oC = 1,454 gr/cm3 dan 35oC = 1,454 gr/cm3. Densitas toluena pada suhu 20oC adalah 0,865 gr/cm3, 25oC = 0,864 gr/cm3, 30oC = 0,859 gr/cm3 dan 35oC = 0,855 gr/cm3

·         Hasil viskositas kloroform pada suhu 20oC adalah 7,481x10-4 cP, 25oC = 6,8357x10-4 cP, 30oC = 6,20482x10-4 cP dan 35oC = 6,02856x10-4 cP. Viskositas toluena pada suhu 20oC adalah 6,44x10-3 cP, 25oC = 6,3439x10-4 cP, 30oC = 6,4133x10-4 cP dan 35oC = 5,3136x10-4 cP.

·         Faktor – faktor yang mempengaruhi viskositas cairan yaitu : suhu, konsentrasi, berat molekul, dan tekanan.

·         Semakin tinggi suhu yang diberikan pada fluida , maka tingkat viskositasnya semakin rendah, berlaku kebalikan. Dan semakin besar viskositasnya, semakin lama waktu alirnya.  

5.2 Saran
Saran untuk praktikum ini kedepannya adalah sebaiknya sampel yang akan diuji viskositasnya bisa ditambah seperti uji viskositas dari bensin, minyak tanah, minyak makan,  etanol, dan metanol agar tampak perbedaan apa saja yang tampak dari masing – masing larutan tersebut.

























DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. W. 1996. Kimia Fisika. Jilid II. Edisi 4. Penerjemah : Herman. Erlangga. Jakarta
Bird, T. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. PT. Gramedia. Jakarta
Daintith, J. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Penerjemah : Suminar. Erlangga. Jakarta
Giles, R. V. 1986. Mekanika Fluida dan Hidrolika. Penerjemah : Herman. Erlangga. Jakarta
Giordano, Daniele, James, K. Russell, Donald, B. Dingwell. 2008. Viscosity of Magmatic Liquids : A model. Department of Geological Sciences. Third University of Rome. Italy
Kusuma, S. 1983. Pengetahuan Bahan – Bahan. Erlangga. Jakarta
Maulida, R. H, Erika Rani. 2010. Analisis Karakteristik Pengaruh Suhu dan Kontaminan Terhadap Viskometer Oli Menggunakan Rotary Viskometer. Vol.3. Hal.18. UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang
Orianto, P. 1984. Mekanika Fluida. Edisi 1. BPFE. Yogyakarta
Poirier, J. P. 1987. Transport Properties of Liquid Metals and Viscosity of The Earth’s Core. Institut de Physique du Globe de Paris. France
Rosiana, H. 2005. Analisis Viskositas. Rineka Cipta. Jakarta
Roth, H. J. dan Blaschke, G. 1988. Analisis Farmasi. Penerjemah : Sarjono dan Slamet. UGM Press. Yogyakarta
Wiryoatmaja, S. 1988. Kimia Fisika 1. DEPDIKBUD. Jakarta

  
  
Ø  Perhitungan
1. Volume piknometer
v  Pada suhu 20oC
Ø  m air 20oC = m pikno air 20oC – m pikno kosong
                  = 47,935 g – 23,0555 g
                  = 24,8795 g
            ρ air 0,99823 g/mL
Ø  V air 20oC =
                  =
                  = 24,9236 mL
            V air = V pikno
            V pikno = 24,9236 ml
v  Pada suhu 25oC
Ø  m air 25oC = m pikno air 25oC – m pikno kosong
                  = 47,8583 g – 23,0555 g
                  = 24,8028 g
            ρ air 0,99707 g/mL
Ø  V air 25oC =
                  =
                  = 24,8756 mL
            V air = V pikno
            V pikno = 24,8756 ml
v  Pada suhu 30oC
Ø  m air 30oC = m pikno air 30oC – m pikno kosong
                  = 47,8406 g – 23,0555 g
                  = 24,7851 g
            ρ air 0,99567 g/mL
Ø  V air 30oC =
                  =
                  = 24,8928 mL
            V air = V pikno
            V pikno = 24,8928 ml
v  Pada suhu 35oC
Ø  m air 35oC = m pikno air 35oC – m pikno kosong
                  = 47,8457 g – 23,0555 g
                  = 24,7902 g
            ρ air 0,9941 g/mL
Ø  V air 35oC =
                  =
                  = 24,9373 mL
            V air = V pikno
            V pikno = 24,9373 ml
2. Massa jenis sampel
1.   Kloroform
Ø  Pada suhu 20
m kloroform 20 =  m pikno+kloroform – m pikno kosong
= 59,6480 g – 23,0555 g
= 36,5925 g
ρ kloroform =                        
               =        
               = 1,468 g/mL                           
Ø  Pada suhu 25
m etanol 25 = m pikno+kloroform – m pikno kosong
= 59,4241 g – 23,0555 g
= 36,3686 g
                        ρ kloroform =
                                      =
                                      = 1,462 g/mL
Ø  Pada suhu 30
m kloroform 3 = m pikno+kloroform – m pikno kosong
= 59,2506 g – 23,0555 g
= 36,1951 g
                        ρ kloroform =
                                      =
                                      = 1,454 g/mL

Ø  Pada suhu 35
m kloroform 35 =  m pikno+kloroform – m pikno kosong
= 59,3170 g – 23,0555 g
= 36,2615 g
ρ kloroform =                        
               =   
                    = 1,454 g/mL
2.   Toluena
Ø  Pada suhu 20
m toluena 20 =  m pikno+toluena – m pikno kosong
= 44,6157 g – 23,0555 g
= 21,5602 g
ρ toluena =                    
               =   
               = 0,865 g/mL                           
Ø  Pada suhu 25
m toluena 25 = m pikno+toluena – m pikno kosong
= 44,5505 g – 23,0555 g
= 21,495 g

                        ρ toluena =
                                      =
                                      = 0,864 g/mL
Ø  Pada suhu 30
m toluena 30 = m pikno+toluena – m pikno kosong
= 44,4630 g – 23,0555 g
= 21,4075 g
                        ρ toluena =
                                      =
                                      = 0,859 g/mL

Ø  Pada suhu 35
m toluena 35 =  m pikno+toluena– m pikno kosong
= 44,3975 g – 23,0555 g
= 21,342 g
ρ toluena =                    
               =   
                    = 0,855 g/mL
3. Viskositas sampel
1.   Kloroform
η air 200C = 1x10-3 cP
η air 250C = 8,91x10-4 cP
η air 300C = 7,96x10-4 cP
η air 350C = 7,20x10-4 cP

 =
Ø η kloroform 20oC
   η kloroform 20oC =  x η air 20oC
=  x 1x10-3 cP
                                    = 7,481x10-4 cP
Ø η kloroform 25oC
   η kloroform 25oC =  x η air 25oC
=  x 8,91x10-4 cP
= 6,8357x10-4cP
Ø η kloroform 30oC
   η kloroform 30oC =  x η air 30oC
=  x 7,96x10-4 cP
= 6,20482x10-4 cP
Ø η kloroform 35oC
   η kloroform 35oC =  x η air 35oC
=  x 7,20x10-4 cP
= 6,02856x10-4 cP
2. Toluena
Ø η toluena 20oC
   η toluena20oC =  x η air 20oC
=  x 1x10-3
= 0,644x10-3 cP
= 6,44x10-4 cP
Ø η toluena 25oC
   η toluena 25oC =  x η air 25oC
=  x 8,91x10-4
= 6,3439x10-4 cP
Ø η toluena30oC
   η toluena30oC =  x η air 30oC
=  x 7,96 x10-4
=
= 6,4133x10-4 cP
Ø η toluena 35oC
   η toluena 35oC =  x η air 35oC
=  x 7,20 x10-4
= 5,3136x10-4 cP

4. Energi ambang
1. Kloroform
T ( K )
1/T
ln
293
0,0034
-7,197
298
0,00335
-7,288
303
0,0033
-7,385
308
0,0032
-7,413
 = 300,5

 ln = -7,320 cP

Ø ln η =   + ln A
Ø  E = ln η RT – ln A
Ø  y = mx + c
                        y = 1062x – 10,84
Ø  c = ln A
                        ln A = -10,84
                        R = 8,314 J/K mol
Ø  E = (-7,320 x 8,314 x 300,5) – (-10,84)
                         = -18287,97 + 10,84
                         = -18277,13 J/mol-1
                         = -18,277 kJ/mol-1
2.      Toluena

T ( K )
1/T ( x )
Ln η ( y )
293
0,0034
-7,347
298
0,00335
-7,362
303
0,0033
-7,351
308
0,0032
-7,54
Σ T ( K ) = 300,5

Σ  ln η = -7,4 cP

Ø ln η =  + ln A
Ø  E = ln η RT – ln A
Ø  y = mx + c
                        y = 969,1x – 10,61
Ø  c = ln A
                        ln A = -10,61
                        R = 8,314 J/K mol
Ø  E = (-7,4 x 8,314 x 300,5) – (-10,61)
                         = -18487,84 + 10,61
                         = -18477,23 J/ mol-1
                         = -18,477 kJ/mol-1

  
 
Ø GRAFIK
1.      Viskositas terhadap kloroform
2.      Viskositas terhadap toluena

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By