PEMBUATAN
METIL
ETIL KETON
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan reaksi dan pembuatan metal etil keton. Dalam percobaan ini MEK dibuat dengan mereaksikan
larutan 2-butanol dengan campuran larutan kalium kromat dan asam sulfat pekat
sebagai katalis asam dengan reaksi yang digunakan adalah reaksi oksidasi antara
campuran kalium kromat dan asam sulfat dengan 2-butanol sehingga larutan
berwarna hijau kehitaman
menghasilkan uap yang diserap oleh pecahan kaca dan diubah menjadi larutan
melalui pendinginan oleh kondensor. Selain reaksi redoks juga terjadi reaksi substitusi
SN2 yaitu reaksi penataan ulang dengan adanya katalis. Metode yang
digunakan adalah destilasi bertingkat, destilasi pertama pada suhu 90-92 oC
adalah suhu maksimum menghasilkan MEK dengan campuran alkohol
karena yang ingin didapatkan adalah MEK yang murni sehingga perlu didestilasi
yang kedua kalinya pada suhu 78 oC
sehingga
didapatkan metil etil keton yang murni berupa larutan bening dengan aroma yang
khas yaitu bau amis yang tajam.
Kata Kunci: 2-butanol, destilasi, kalium kromat,
metil etil keton dan reaksi redoks.
I.
PENDAHULUAN
Alkohol merupakan senyawa yang brupa cairan encer dan
mudah bercampur dengan air dalam segala pebandingan. Alkohol memiliki rumus
R-OH dengan R adalah suatu alkil baik alifatik maupun siklik. Contoh beberapa
senyawa alkohol yaitu metanol, etanol, propanol, dan butanol (Hart, 2003).
Keton memiliki rumus molekul yang sama dengan
aldehid. Keton memiliki dua gugus alkil yang terikat pada karbon karbonil.
Perbedaan keton dengan aldehit adalah keton tidak mudah teroksidasi, sedangkan
aldehid mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat (Hart.2003; Oxtoby, dkk, 2001). Keton bisa
berarti gugus ganda yang dikarakterisasikan oleh sebuah gugus karboni (C=O)
yang terhubung dengan dua atom karbon. Alkohol alifatik, aldehid dan keton
sebagian besar diperkirakan dibentuk oleh oksidasi lemak dan asam lemak (Rusky, dkk, 2013).
Metil etil keton atau disebut juga sebagai 2-butanon
adalah suatu pelarut yang mempunyai rumus molekul CH3COCH2CH3.
Metil etil keton merupakan cairan tidak berwarna seperti minyak, titik didihnya
79,57 oC
dengan berat molekul 72,10 kg/kmol (Daintith, 1994).
Metil etil
keton (MEK) yang sering
disebut dengan 2-butanon adalah salah satu jenis pelarut yang mempunyai rumus
molekul CH3COCH2CH3. Metil etil keton mempunyai
bau khas keton yang kuat. Dalam
kondisi tertentu bahan kimia ini mudah meledak dan terbakar (Oxtoby, dkk, 2001).
Butanon dapat melarutkan berbagai zat dan digunakan
sebagai pelarut dalam proses melibatkan gas, resin, selulosa, asetat dan nitro
selulosa. Butanon adalah pendahulu metil etil keton peroksida, sebagai katalis
berbagai polimerisasi reaksi. Metil etil keton merupakan bahan dengan kualitas
sintesis, butanon adalah pendahulu metil etil keton peroksida yaitu sebuah katalis
untuk beberapa polimerisasi reaksi dan sebagagai pengering (Ratni, dkk, 2002).
Penelitian tentang metil etil keton sangat banyak
dilakukan karena metil etil keton sangat diperlukan dalam berbagai bidang baik
industri, farmasi dan lain sebagainya sedangkan dalam skala laboratorium, metil
etil keton biasa digunkan sebagai pelarut. Dengan kugunaan metil etil keton
yang begitu banyak ini sehingga dilakukanlah percobaan ini tetapi dalam skala
laboratorium.
II.
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah
batang pengaduk, bulb, botol semprot, kolom berisi pecahan
kaca, labu destilasi, labu destilasi
leher 3, corong pisah, heat mantle, pompa,
kondensor, erlenmeyer, labu ukur, cawan petri, spatula, gelas
beaker, magnetik stirer, pipet ukur, spatula, statif, dan
termometer.
2.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades,
asam sulfat, sec-butil alkohol, dan kalium dikromat.
2.2 Rangkaian Alat


Gambar 2.2.1 Rangkaian alat
destilasi
2.3 Prosedur Kerja
Prosedur pertama yang
dilakukan yaitu dicampurkan 50 mL sec-butil alkohol, 100 mL akuades dan
batu didih ke labu alas bulat leher tiga. Dilarutkan 100 gram K2Cr2O7
anhidrat dalam 125 mL
akuades. Ditambahkan perlahan 80 mL
H2SO4 pekat ke
gelas beaker sambil diaduk, lalu dibiarkan
sampai dingin ke suhu semula. Dipindahkan campuran ke corong pisah dan dipasang
ke labu alas bulat dalam keadaan tertutup. Dipasang termometer ke labu alas
bulat. Dirangkai peralatan destilasi.
Dipanaskan labu alas bulat hingga larutan alkohol mulai mendidih. Dialirkan
perlahan campuran dikromat dalam corong pisah ke labu alas bulat dengan suhu
dijaga tidak lebih dari 90 ˚C.
Ditampung semua destilat A yang keluar dibawah suhu 95˚C. Dimatikan pemanas.
Dimasukkan destilat A ke labu destilasi bersih dan kering. Didestilasi destilat
A perlahan-lahan, ditampung destilat B pada suhu 78 ˚C.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Tabel Pengamatan
No
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
Dimasukkan
dalam labu sec-butil alkohol,
akuades dan batu didih
|
Sec-butil alkohol = 50 mL
|
2.
|
Dilarutkan K2Cr2O7
dalam akuades
|
K2Cr2O7 = 100 gr dalam
125 mL
|
3.
|
Ditambah
perlahan H2SO4 pekat, aduk
|
H2SO4
80 mL
|
4.
|
Dipindah
dalam corong pisah
|
Corong
pisah dihubungkan dengan labu
|
5.
|
Dipanaskan
labu pada prosedur 1
|
|
6.
|
Dialirkan
campuran dikromat
|
Secara
perlahan
|
7.
|
Diaduk
dengan magnetic stirrer
|
|
8.
|
Dipanaskan,
tamping destilat A
|
Destilat
A berwarna hijau tua
|
9.
|
Dimatikan
pemanasan, tunggu hingga mendingin
|
|
10.
|
Residu dituang dalam
beaker
|
|
11.
|
Destilat
A dimasukkan dalam labu gelas
|
|
12.
|
Didestilasi
destilat A
|
|
13.
|
Ditampung
destilat B
|
Destilat
B
Metil
Etil Keton
|
3.2 Pembahasan
Butanon atau metil etil keton merupakan suatu
senyawa organik tak berwarna dan memiliki bau yang khas. Pembuatannya berasal
dari pengoksidasian 2-butanol dengan katalis yang mengandung kromat. Peristiwa
yang terjadi adalah pendehidrogenasian 2-butanol melalui destilasi bertingkat.
Tujuan dari dilakukan percobaan ini adalah untuk
melakukan oksidasi terhadap senyawa sec-butil alkohoh (2-butanol) dengan
menggunakan K2Cr2O7 dan
asam sulfat sebagai katalis. Adapun
prinsip dari percobaan ini adalah pembuatan
metil etil keton melalui reaksi oksidasi alkohol sekunder (2-butanol) dengan
bantuan katalis K2Cr2O7 dan H2SO4.
Reaksi yang terjadi :

Pembuatan
metil etil keton ini menggunakan prinsip dasar destilasi yaitu pemisahan
komponen cairan berdasarkan perbedaan titik didihnya.
3.2.1 Analisis
Prosedur
Destilasi adalah suatu metode yang digunakan untuk pemisahan dan
pemurnian cairan berdasarkan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan.penguapan atau destilasi umumnya merupakan proses pemisahan satu tahap.
Proses ini dapat dilakukan secara kontinyu pada tekanan normal (Hart, 2003).
Destilasi dapat dilakukan dengan memanaskan suatu
campuran dalam bentuk cairan hingga mencapai titik didihnya. Setelah mencapai
titik didihnya komponen-komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap
terlebih dahulu. Uapnya masuk di kondensor dan diubah menjadi cairan lagi (Day
dan Underwood, 2002).
Destilasi bertingkat atau destilasi fraksionasi merupakan
proses pemisahan dua bahan yang mempunyai titik didih yang tidak berbeda jauh.
Fungsi destilasi fraksionisasi adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua
atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Prosedur
pertama yang dilakukan adalah dicampurkan
2-butanol dan akuades
serta ditambahkan batu didih ke labu
destilat. Batu didih digunakan untuk meratakan panas larutan dan untuk mencegah
terjadinya ledakan (bumping). Sementara itu dibuat larutan K2Cr2O7
dan perlahan-lahan ditambah H2SO4 pekat. Prosedur
ini dilakukan untuk membuat pereaksi jones. Reagen jones adalah suatu larutan
trioksida dalam asam sulfat encer dan aseton digunakan sebagai agen
pengoksidasi. Reaksinya adalah sebagai berikut:
K2Cr2O7
+ H2SO4 → K2SO4 + H2Cr2O7

Reagen jones cocok digunakan untuk
oksidasi alkohol sekunder untuk keton dan alkohol khususnya untuk asam
karboksilat dan untuk beberapa kasus untuk aldehida. Reaksi tersebut
menghasilkan asam kromat yang berfungsi sebagai katalis dalam percobaan ini.
Larutan K2Cr2O7 yang telah dibuat dibiarkan terlebih
dahulu di dalam gelas beaker sampai kembali ke suhu semula untuk mengendapkan K2Cr2O7
yang tidak bereaksi dengan asam sulfat. Kemudian larutan dipindahkan ke
corong pisah dan dirangkai dengan labu leher tiga dengan keadaan tertutup.
Termometer juga dirangkai pada labu leher tiga agar praktikan dapat mengamati
suhu larutan. Labu
dipanaskan perlahan-lahan sampai larutan alkoholnya mulai mendidih. Hal ini
bertujuan agar larutan menghasilkan gas H2 terlebih dahulu yang
bertugas untuk mendorong larutan melalui kaca sehingga uap dapat sampai ke
kondensor. Kolom destilasi harus diisi dengan pecahan-pecahan kaca untuk
mengurangi tekanan gas H2 saat dipanaskan. Setelah mendidih, dialirkan
perlahan-lahan katalis dari corong pisah ke labu. Larutan dalam labu berubah
dari tidak berwarna menjadi hijau kehitaman. Suhu dijaga tidak lebih dari
90-92˚C untuk menguapkan butanon dan butanol yang masih belum bereaksi dengan
katalis asam kromat. Jika lebih dari suhu tersebut, di khawatirkan pelarut air
dan pelarut lainnya akan ikut menguap sehingga proses destilasinya tidak
maksimal. Destilat yang dihasilkan dipindahkan ke labu destilasi dan
dilanjutkan destilasi kedua pada rentang suhu 78-82˚C, yakni titik didih metil
etil keton. Destilasi kedua ini bertujuan untuk memisahkan metil etil keton
dengan 2-butanol dan air yang masih tersisa. Dilakukan destilasi bertingkat untuk memperoleh senyawa butanon murni,
dimana hasil destilasi pertama terbentuk butanon dan H2. Hasil
destilasi kedua diperoleh butanon murni dan H2 terpisah dan
tertinggal di labu destilasi. Hasil destilasi diamati
dan hasilnya larutan tak berwarna dan berbau menyengat.
Sintesis senyawa organik memerlukan
waktu yang cukup lama.Bisa dalam hitungan jam, maupun hitungan hari. Maka dari itu dibutuhkan bantuan katalis. Dalam hal ini menggunakan asam sulfat dan kalium dikromat. Menggunakan
H2SO4
sebagai pemberi suasana asam dan sebagai
katalis dari reaksi tersebut, dimana
katalis ini berfungsi sebagai mempercepat reaksi, karena reaksi esterifikasi
ini tergolong reaksi lambat yang memerlukan waktu yang begitu lama sehingga
perlu ditambahkan dengan bantuan katalis, selain itu H2SO4 juga
mempercepat terjadinya kesetimbangan pada waktu yang cepat. Dalam reaksi esterifikasi, ion H+ dari H2SO4 berperan
dalam pembentukan metil etil keton dan juga berperan dalam reaksi sebaliknya
yakni reaksi hidrolisis. Sedangkan kalium dikromat ini berfungsi sebagai
pengoksidasi, dimana nanti larutannya akan berubah warna menjadi hijau kehitaman. Reaksi ini antara lain :

Dari reaksi diatas
dapat dilihat bahwa H+ dari asam sulfat akan
menyerang atom H yang berikatan dengan C karbokatian sehingga hasil yang
didapatkan adalah 2-butanon
dan gas H2.
Percobaan ini terdapat 3
bagian dari labu destilasinya, yaitu bagian kiri terdapat corong pisah yang
berisi katalis dan larutan pengoksidasi, bagian tengah terdapat kolom berisi
pecahan kaca daan bagian kanan terdapat termometer. Untuk kolom yang berisi
pecahan kaca sendiri ini berfungsi untuk menyerap atau meredamkan gas H2 dari hasil reaksi. Sedangkan
termometer untuk mengukur atau mendeteksi suhu dari larutan. Pada saat proses
destilasi, ketika dialirkan dengan katalis larutan yang berada dalam labu destilasi
berubah menjadi warna hijau
kehitaman, disebabkan karena terjadinya pengoksidasian oleh kalium dikromat,
serta terjadinya pengoksidasian alkohol sekunder. Diketahui bahwa
pengoksidasian alkohol primer akan menghasilkan aldehid
sedangkan pengoksidasian alkohol
sekunder adalah keton. Suhu
yang digunakan disini adalah 90-92
. Suhu ini dijaga agar
sec-butil alkohol tidak habis. Jika
suhunya sudah mencapai suhu maksimumnya
ini maka proses destilasinya harus dihentikan ketika sudah terdapat larutan yang diinginkan. Larutan yang didapat
yaitu larutan butanon murni pada detilasi kedua kalinya.

3.2.2 Analisis Hasil
Pada saat proses destilasi, ketika dialirkan dengan katalis
larutan yang berada dalam labu destilasi berubah menjadi warna hijau kehitaman, perubahan warna tersebut
disebabkan karena terjadinya pengoksidasian oleh kalium dikromat, serta
terjadinya pengoksidasian alkohol sekunder. Hasil destilasi pertama terbentuk butanon dan H2.
Hasil destilasi kedua diperoleh butanon murni dan H2 terpisah dan
tertinggal di labu destilasi. Hasil destilasi diamati
dan hasilnya larutan tak berwarna dan berbau menyengat.
Sifat fisik dan sifat kimia dari senyaa metil etil keton
adalah senyawa organik tak berwarna dan memiliki
bau yang khas. Metil
etil keton merupakan cairan tidak berwarna seperti minyak, titik didihnya 79,57
oC dengan berat molekul
72,10 kg/kmol (Daintith, 1994).
Mekanisme reaksi :
a.
Reaksi
antara kalium dikromat dengan asam sulfat

b.
Reaksi
antara sec-butil alcohol dengan kalium dikromat

Berdasarkan dari mekanisme dapat dijelaskan bahwa
pada reaksi pertama terjadi pemutusan ikatan oleh atom K, dimana atom K dari
kalium dikromat ini diserang oleh O yang mempunyai elektron bebas berasal dari
asam sulfat, sehingga terjadi pengoksidasian. Karena ikatan K putus maka satu
atom H dari asam sulfat berikatan dengan kalium dikromat sehingga dihasilkan
senyawa KCr2O4 dan OH sedangkan
asam sulfat menjadi KSO4 dan H+.Kemudian
reaksi keduanya atom H menyerang O dalam senyawa sulfat. Reaksi ketiga atom H
diserang oleh ikatan rangkap dan O menyerang ikatan rangkap Cr. Hal ini
meyebabkan terjadinya pemutusan ikatan pada OH yang berikatan dengan kalium
dikromat dan terbentuk senyawa H2O sehingga hasil akhir
yang didapatkan adalah H2CrO4.
Mekanisme yang kedua yaitu reaksi antara sec-butil
alkohol daan kalium
dikromat ini merupakan reaksi SN2 karena menggunakan katalis H2O.
Pada tahap pertama dapat dilihat bahwa karbokation C menyerang O sehingga
ikatannya putus menghasilkan karbokation
positif yang artinya kekurangan
elektron atau miskin
elektron. Karbokation positif ini pada tahap kedua diserang oleh O yang
bersifat elektronegatif sehingga lebih suka menyerang yang positif sehingga
dihasilkan gugus yang saling berikatan dapat dilihat pada reaksi, dimana atom O
dari Cr berikatan dengan atom C membentuk ikatan baru disini terjadi pemutusan
ikatan rangkap atom Cr dengan ikatan rangkap atom C sedangkan ikatan rangkap
atom C yang satunya menyerang atom H dengan katalia H2 sehingga
dihasilkan metil etil keton.
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Berdasarkan percobaan yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
a.
Pembuatan
etil metil keton dapat dilakukan degan mereaksikan 2-butanol dengan kalium
dikromat dan asam sulfat pekat dengan H+ sebagai katalis dan kalium
dikromat sebagai pengoksidasi.
b.
Mekanismenya
melalui proses destilasi bertingat sampai diperoleh cairan murni yang disebut
dengan metil etil keton.
4.2 Saran
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disarankan
menggunakan agen pengoksidasi seperti KMnO4 sebagai pengganti K2Cr2O7.
DAFTAR PUSTAKA
Daintith, J. 1994. Kamus Lengkap Kimia Oxford. Alih
bahasa: Suminar Achmadi. Erlangga. Jakarta.
Day R, A., dan Underwood A,L.,
2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Alih
Bahasa : A.H. Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta
Hart, H. Craine, J.E dan Hart,
P.J. 2003. Kimia Organik.
Edisi 1. Alih
bahasa: Suminar Achmadi. Erlangga.
Jakarta.
Keenan, C.W, Kleinfelter D.C dan Wood J.H. 1996. Kimia
Untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.
Kusuma. S. 1983. Pengetahuan Bahan-Bahan. Edisi 6. Erlangga. Jakarta.
Oxtoby DN, Gillis HP, Nachtrieb NH. 2001. Prinsip
Prinsip Kimia Modern. Edisi 4. Jilid
2. Erlangga. Jakarta.
Ratni K, Darmansiawati
H, dan Sudirman. 2002. Pembuatan Dan
Karakteristik Komposit Polimer Berpenguat Serat Alam. Vol 3. BATAN. Tangerang.
Rusky I.P, Rostini dan Muhammad.
2013. Komposisi Kandungan Senyawa Plavour
Ikan Dan Hasil Pengukusannya. Universitas
Padjadjaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar