REAKSI
DAN PEMBUATAN SEC-BUTIL KLORIDA
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan reaksi dan
pembuatan sec-butil klorida. Senyawa sec-butil klorida merupakan suatu senyawa alkil halida yang
didapatkan dengan mereaksikan sec-butil alkohol dengan asam kuat yaitu asam
klorida dengan bantuan AlCl3 sebagai katalis untuk mempercepat
reaksi. Percobaan ini menggunakan metode ekstraksi, refluks dan destilasi
bertingkat dengan reaksi yang digunakan adalah reaksi substitusi nukleofilik
(SN2) yang akan menghasilkan senyawa sec-butil klorida, dengan suhu
refluks yang digunakan T 115
dan suhu
destilasi tidak melebihi suhu T 80
. Hasil yang didapatkan pada destilasi terakhir berupa
sec-butil klorida dalam keadaan murni berwarna bening sebanyak 2 tetes.
Kata Kunci: destilasi, ekstraksi, refluks,
sec-butil klorida dan SN2.
I.
PENDAHULUAN
Sec-butil klorida merupakan salah
satu senyawa kimia yang sangat penting. Senyawa ini banyak digunakan sebagai
pelarut dan reagen kimia sebagai senyawa antara menjadi senyawa lainnya yang
lebih berguna, contohnya dalam pembuatan butil litium, katalis untuk pembuatan
karet sintesis, surfaktan kationik, pestisida dan produk farmasi (Aijun, 2008).
Alkil klorida umumnya dibuat dari
alkohol yang sesuai dan agen pengklorinasi seperti asam klorida, tionil
klorida, dan fosgen atau fosfor klorida. Bisa juga dibuat dengan mereaksikan
alkena yang sesuai dengan hidrogen klorida(Aijun, 2008).
Kegunaan yang begitu banyak dari
sec-butil klorida inilah yang menunjang dilakukannya percobaan ini walaupun
dalam skala laboratorium. Dengan tujuan adalah untuk mengetahui reaksi dan cara
pembuatan sec-butil klorida melalui reaksi substitusi nukleofilik SN2.
Adapun prinsip dari percobaan ini adalah pembuatan sec-butil klorida dari senyawa
alkil dengan mereaksikan sec-butil alkohol dengan asam klorida kuat dan
menggunakan bantuan katalis AlCl3 untuk mempercepat reaksi, dengan
metode yang digunakan adalah metode ekstraksi, refluks, dan destilasi
bertingkat dengan menggunakan suhu tertentu sesuai dengan titik didih
larutannya. Di mana pada destilasi terakhir akan didapatkan adalah senyawa
murni sec-butil klorida.
II.
METODOLOGI
2.1
Alat
dan bahan
2.1.1
Alat
Alat-alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah batang pengaduk, botol semprot, bulb,
corong kaca, erlenmeyer, erlenmeyer buchner, heat mantle, karet gabus,
kondensor, kondensor liebig, gelas beaker, cawan petri, labu destilasi, labu
leher dua, pipet ukur, pompa air, statif, spatula dan termometer.
2.1.2
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah akuades (H2O), asam sulfat (H2SO4),
asam klorida (HCl), sec-butil alkohol, natrium hidroksida (NaOH), kalsium
klorida (CaCl2), dan aluminium (III) klorida (AlCl3).
2.2 Rangkaian Alat
Gambar 2.2.1 Rangkaian alat refluks
Gambar 2.2.2 Rangkaian alat ekstraksi
Gambar 2.2.3 Rangkaian alat destilasi
2.3
Prosedur
Kerja
Percobaan ini dimulai dengan
dimasukannya 40 ml HCl dan ditambahkan 65 gram padatan aluminium klorida. Selanjutnya dirangkai alat,
ditambahkan pula 25 ml sec-butanol kedalam labu leher dua. Direfluks selama 2
jam hingga suhu mencapi 115
. Dibiarkan hingga larutan menjadi
dingin. Setelah dingin, dipasang rangkaian alat ekstraksi dan dikumpulkan
cairan yang mendidih dibawah suhu 115
. Dipisahkan lapisan atas destilat, dicampurkan
dengan asam sulfat dengan volume yang sama. Dipindahkan campuran ke labu
destilasi dan ditutup dengan gabus pada bagian samping. Direfluks kembali
selama 15-30 menit dan destilasi klorida dari asam. Dicuci destilat dengan 25
ml air, 10 ml NaOH dan 25 ml air. Dikeringkan diatas 1-2 g kalsium klorida
saring dan didestilasi kembali. Dikumpulkan sec-butil klorida yang terbentuk.
Didestilasi campuran, diambil destilat pada suhu 76-79˚C. Destilat dicuci
dengan 25 mL air, 10 mL NaOH 5%, dan 25 mL air. Larutan dikeringkan diatas
kalsium klorida, disaring dan didestilasi.
Sec-butil klorida dikumpulkan pada suhu 75-78˚C.
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 Tabel Pengamatan
No
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
Dimasukan HCl, AlCl3 dan sec-butanol, direfluks
2 jam hingga suhu 115
.
|
AlCl3 = 65 gram
HCl = 40 mL
Sec-butil alkohol = 25 mL
|
2.
|
Dibiarkan hingga dingin.
|
|
3.
|
Didestilasi larutan, suhu kurang 115
.
|
|
4.
|
Dipisahkan lapisan atas destilat dan tambahkan H2SO4.
Direfluks selama 15 menit, kemudian destilasi kembali.
|
|
5.
|
Dicuci dengan air, NaOH dan air. Dikeringkan
diatas CaCl2.
|
Larutan sec-butil klorida bewarna putih dan non polar.
Destilat yang didapat yaitu 2 tetes.
|
3.2 Pembahasan
Haloalkana
atau alkil halida merupakan senyawa organik yang satu atau beberapa atom
hidrogen dari alkana digantikan oleh atom dari gugus halida. Contohnya adalah
senyawa klorometana dan dibromometana, alkil halida umumnya dibuat dari alkohol
dan senyawa pembawa halogen (Basri, 2003). Haloalkana dapat disintesis dengan
mereaksikan langsung antara alkana dengan halogen yang tereduksi dari suatu asam
melalui mekanisme reaksi SN2. Sec-butil klorida merupakan senyawa
organik dimana salah satu gugus hidrogennya tersubtitusi oleh gugus halida dari
Cl-.
Tujuan
dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan sec-butil klorida
secara laboratorium. Sec-butil klorida banyak di gunakan sebagai agen pengalkilasi
dalam organosintesis dan pembuatan senyawa organologam sebagai pelarut.
Prinsip
dari percobaan ini adalah pembuatan sec-butil klorida dengan mereaksikan
sec-butil alkohol dan asam klorida dengan bantuan katalis AlCl3 dan
H2SO4 yang dapat mempercepat reaksi SN2. Reaksi yang terjadi :
Aplikasi
sec-butil klorida adalah sebagai bahan pembuatan dibenzil teraferat yang
digunakan sebagai alternatif daur ulang palstik bekas. (Suwardi, dkk., 2005).
Berdasarkan aplikasi dan penggunaan senyawa ini, maka percobaan sec-butil
klorida ini dilakukaan.
Prinsip
mekanisme reaksi SN2 pada percobaan ini yaitu terjadi pada alkil
halida primer dan sekunder. Nukleofil yang menyerang adalah nukleofil kuat
seperti –OH pada kasus ini.
Percobaan
sintesis sec-butil klorida diawali dengan dimasukannya 40 ml HCl ke dalam labu
destilasi 200 ml. asam klorida merupakan asam kuat yang berfungsi sebagai
penyumbang gugus halida Cl yang akan mensubstitusi gugus OH pada senyawa sec-butanol.
Selanjutnya ditambahkan pula 65 gram padatan AlCl3. Aluminium (III)
klorida berperan sebagai zat yang mempercepat terjadinya reaksi tanpa ikut
bereaksi (katalis). Dalam reaksi ini perlu ditambahkan katalis karena reaksi SN2
berjalan sangat lambat. Hal ini disebabkan karena besarnya energi aktifasi pada
saat proses reaksi berlangsung. Dimasukan pula sec-butil alkohol ke dalam labu
destilasi. Dalam hal ini, sec-butil alkohol berperan sebagai penyubang rantai
karbon alkana yang akan berikatan dengan gugus halida.
Selanjutnya
dirangkai alat, direfluks larutan selama 2 jam. Refluks merupakan metode yang
digunakan untuk memisahkan campuran larutan. Prinsipnya adalah dengan cara mendidihkan cairan atau larutan
dalam labu destilasi, uap yang terbentuk akan di ditampung dengan alat pengembun (berisi air
es) sehingga uap cairan akan kembali mengembun dan mengalir kembali ke dalam
labu destilasi. Proses ini berulang-ulang sampai suhu mencapai 115
.
Proses refluks meliputi proses pemanasan, penguapan, pencairan dan penguapan
ulang. Fungsi proses refluks ini ditujukan untuk mempercepat atau
menyempurnakan reaksi yang sedang berlangsung. Adapun larutan yang dipanaskan
akan membentuk klor (Cl) yang bereaksi dengan air membentuk klorat. Pada
pemanasan suhu dijaga hingga 115
.
Suhu ini merupakan suhu optimum untuk mereaksikan HCl (110
)
dengan butanol (117
)
karena titik didih penguapan yang berdekatan (Daintith, 1994). Ditambahkan
pula batu didih ke dalam labu destilasi adalah untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogen
pada seluruh bagian. Tanpa batu didih, maka larutan yang dipanaskan akan
menjadi sangat panas pada bagian tertentu, lalu tiba-tiba akan mengeluarkan uap
panas dan meledak (bumping).
Setelah di
refluks, biarkan larutan menjadi dingin. Selanjutnya detilasi larutan. Panaskan
labu destilasi dibawah suhu 115
dan kumpulkan destilat yang terbentuk.
Destilasi merupakan proses pemisahan larutan berdasarkan titik didih. Senyawa
yang titik didihnya lebih rendah akan teruapkan terlebih dahulu, kemudian
diembunkan kembali ketika melewati kondensor dan ditampung sebagai hasil
destilat (Siti, dkk., 2012).
Destilat yang diperoleh memiliki 2
lapisan. Pada lapisan atas adalah sec-butil alkohol, sedangkan bagian bawah adalah
air dan pengotor lainnya. Sec-butil alkohol berada di atas karena masa jenisnya
lebih kecil dibandingan air dan pengotornya. Pisahkan lapisan atas dengan
menggunakan metode ekstraksi cair-cair. Ekstraksi merupakan metode pemisahan
larutan berdasarkan tingkat kepolaran (Bambang, dkk., 2012). Lapisan atas
bersifat non polar dan lapisan bawah bersifat polar.
Lapisan atas yang diperoleh
merupakan sec-butil klorida yang masih berikatan bersama dengan pengotornya.
Selanjutnya ditambahkan larutan dengan H2SO4 pekat. Tujuannya
adalah memberikan suasana asam dan protonasi. Selain itu juga ditujukan untuk
menghilangkan penggotor dengan cara membentuk garam Al2(SO4)3.
Campuran selanjutnya direfluks
kembali selama 15-30 menit untuk mengoptimalisasikan reaksi yang terjadi antara
HCl dengan n butanol. Kemudian dilanjutkan dengan destilasi pada suhu lewat
dari 76-79
.
Tujuan didestilasi kembali adalah untuk membersihkan pengotor dan protonasi H+
dari asam klorida. Selanjutnya cuci destilat dengan menggunakan 25 ml air (H2O)
untuk menghilangkan pengotor yang bersifat polar. Selanjutnya dicuci dengan 25
ml NaOH. Tujuannya adalah untuk menetralkan pengotor dari asam klorida dan asam
sulfat. Terakhir, cuci destilat dengan air kembali untuk menetralkan pengotor
yang berupa NaOH. Langkah selanjutnya adalah mengeringkan destilat diatas 1-2 g
CaCl2. Kalsium klorida merupakan senyawa yang memiliki afinitas yang
tinggi terhadap air sehingga mampu mengikat penggotor yang berupa air. Disaring
destilat yang diperoleh untuk menghilangkan CaCl2. Destilasi kembali
untuk mendapatkan sec-butil klorida yang benar-benar murni. Hasil destilasi
dipanaskan pada suhu 75-78
.
Berdasarkan percobaan diperoleh sec-butil klorida sebanyak 2 tetes, bewarna
putih dan bersifat non polar.
Mekanisme reaksi :
Reaksi pembentukan sec-butil klorida
melalui mekanisme SN2. Alkil halida yang bermuatan negatif
(nukleofil) memiliki pasangan elekton bebas yang menyerang CH+ (elektrofil)
yang kehilangan gugus OH. Dengan demikian terjadi substusi gugus OH dengan
alkil halida Cl pada rantai karbon alkana membentuk sec-butil klorida. OH lebih
sulit lepas, untuk melepaskannya harus dibuat dalam suasana asam dan dipanaskan
menggunakan refluks untuk memutuskan ikatannya.
Cl2 + H2O
HCl + HClO
Reaksi
pada proses refluks. Gas klor yang terbentuk bereaksi dengan H2O
pada saat pengembunan. Reaksi ini menghasilkan HCl kembali dan klorat.
2AlCl3 + 3H2SO4
Al2(SO4)3
+ 6HCl
Reaksi
antara katalis AlCl3 dengan H2SO4 kan
menghasilkan endapan garam Al2(SO4)3. Garam tersebut
merupakan penggotor yang harus dihilangkan untuk mendapatkan sec-butil klorida
murni.
H2SO4 + 2NaOH
Na2SO4 + H2O
Penambahan
NaOH pada destilat yang mengandung H2SO4 bereaksi
membentuk garam Na2SO4. Dengan demikian sisa H2SO4 dapat
dihilangkan dari destilat karena berikatan dengan NaOH.
CaCl2 + xH2O
CaCl2. xH2O
Kalsium
klorida memiliki afinitas yang tinggi terhadap air. Ditambahkannya CaCl2
akan mampu mengikat pengotor berupa air (membentuk CaCl2. xH2O) pada sec-butil klorida yang dihasilkan.
IV.
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1 Simpulan
Sec-butil
klorida dapat dibuat dengan mereaksikan sec-butanol dan asam klorida pekat dengan
katalis aluminium (III) klorida melalui mekanisme SN2. Pembuatan
senyawa ini menggunakan proses refluks, destilasi, dan ekstraksi.
4.2
Saran
Adapun saran pada percobaan ini
adalah dapat digunakan FeCl3 dan ZnCl2 sebagai pengganti
AlCl3, dimana FeCl3 dan ZnCl2 dapat digunakan
sebagai katalis pada percobaan ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Aijun
shun, nie yi, et all. 2008. Preparation of Butyl Chloride from Butanol
and Hydrochloric Acid Using Ionic Liquids as Catalyst. Chinese Journal of Chemical Engineering, 16(1) 151—154
(2008)
Bambang
Srijanto, Olivia, B. P., Lely, K., Eriawan, R., dan Sriningsih. 2012. Pemurnian
Ekstrak Etanol Sambiloto (Andrographis
Paniculata Ness.) Dengan Teknik Ekstraksi Cair-Cair. Pusat Teknologi Farmasi dan Medika-BPPT.
Basri, S., 2003.
Kamus Kimia. Rineka Cipta. Jakarta
Daintith, J, 1994. Kamus
Lengkap Kimia. Alih bahasa : Suminar Achmadi. Erlangga. Jakarta.
Siti,
N., Efri, M dan Marleen, H. 2012. Pemisahan
Eugenol dan Minyak Cengkeh Dengan Destilasi fraksionasi. Teknologi Industri
pangan, UNPAD.
Suwardi,
Crus, F. P, Agus, S., dan Dyah, A. 2005. Sintesis
Dibenzil Tereflatat Melalui Depolarisasi Plastic Poli (Ethilena Tereftalate)
Sebagai Alternatif Daur Ulang Plastik Bekas. FMIPA UNY. Vol 9 No 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar