REAKSI
DAN PEMBUATAN ASETAMIDA
ABSTRAK
Telah
dilakukan percobaan reaksi dan pembuatan asetamida dengan mereaksikan etil
asetat dengan amonia pekat menggunakan proses ammonolisis. Proses refluks
dilakukan selama 2 jam dengan suhu 120oC. Pemurnian hasil reaksi
dengan destilasi pada suhu 170˚C. Pada saat destilasi etanol lebih dahulu
menguap dibanding asetamida. Hal ini berkaitan dengan titik didih produk yang
dihasilkan, yang mana titik didih etanol adalah 78,4 ˚C dan titik didih
asetamida adalah 223˚C. Sebagian gas amonia yang keluar dari hasil destilasi
diserap oleh CaCl2. Hasil asetamida yang didapat larutan berwarna
kekuningan. Dilakukan uji KLT tetapi noda tidak terdeteksi oleh lampu sinar UV.
Kata Kunci : Asetamida,
ammonolisis ester, destilasi dan SN2
I.
PENDAHULUAN
Amida merupakan suatu senyawa yang
tersusun dari C, H, O, N. Terbentuk dari senyawa asam karboksilat dan NH3.
Amida terbagi menjadi amida primer, sekunder dan tersier. Salah satu contoh
amida primer adalah asetamida (Fessenden dan Fessenden, 1992).
Asetamida merupakan suatu amida
dari asam asetat yang memiliki formula C2H5NO, secara
umum dikenal sebagai lipamida. Sesuai dengan kepolaran dan konstanta
dielektriknya yang tinggi, asetamida digunakan sebagai pelarut pada larutan
polar maupun non polar. Serta dapat membentuk larutan yang sangat stabil. Beberapa
cara dapat dilakukan untuk mensintesis senyawa amida yaitu dehidrasi garam
amonium dengan dengan destilasi, pemanasan asam dan urea, reaksi amonia pekat
dengan metil ester, dan hidrolisis senyawa nitril (Hart, 2003).
Dalam literatur, amina
berbobot molekul rendah terkenal dengan baunya yang menyengat. Asetamida
mempunyai bau yang seperti obat, hal ini disebabkan karena umumnya dalam
kehidupan sehari-hari asetamida digunakan dalam tambahan pembuatan
obat-obatan.
II.
METODOLOGI
2.1
Alat
dan bahan
2.1.1
Alat
Alat-alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah batang pengaduk, botol semprot, bulb,
corong kaca, erlenmeyer, erlenmeyer buchner, heat mantle, karet gabus,
kondensor, kondensor liebig, gelas beaker, cawan petri, labu destilasi, labu
leher dua, pipet ukur, pompa air, statif, spatula dan termometer.
2.1.2
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah akuades, amonia, etil asetat, kalsium klorida, kloroform
dan parafin.
2.2 Rangkaian Alat
Gambar 2.2.1 Rangkaian alat refluks
Gambar 2.2.2 Rangkaian alat destilasi
Gambar 2.2.3 Hasil destilat (asetamida)
Gambar 2.2.4 Rangkaian alat KLT
2.3
Prosedur
Kerja
Dicampurkan 49 ml etil asetat dengan 90
ml ammonia pekat, dibuat kedalam labu destilasi 250 ml. Setelah itu dipasang
gabus atau karet dileher labu dan tutup lengan samping. Hasil campuran etil
asetat dan ammonia dibiarkan dengan sesekali dikocok hingga homogen. Lalu
dipasang labu destilasi dan dihubungkan dengan kondensor serta erlemeyer
Buchner dipasang pada bagian ujung dan lengan samping kondensor. Kemudian
dibawah labu destilasi diletakkan heat mantle untuk pemanasan sementara itu
kondensor dialirkan pompa air.
Selanjutnya campuran tersebut didestilasi segera untuk mencegah
kehilangan produk karena hidrolisis asetamida sampai temperatur mencapai 170
. Aliran ini dihentikan ke kondensor
liebig ketika temperaturnya mencapai 120
. Kemudian setelah selesai dibiarkan
cair kedalam labu sampai dingin lalu dituangkan saat masih cair kedalam erlenmeyer
dan ditunggu cairan memadat menjadi kristal sehingga diperoleh asetamida yang
murni.
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 Tabel Pengamatan
No
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
Dicampurkan etil asetat dan amonia kedalam labu
destilasi
|
Amonia = 90 mL
Etil asetat = 49 mL
CaCl2
= 10 gr
Etanol
= 5 mL
|
2.
|
Dipasang gabus di leher labu dan tutup lengan
samping
|
Kloroform = 5 mL
|
3.
|
Dibiarkan campuran dengan sesekali dikocok
|
|
4.
|
Dipasang labu destilasi di lemari asam
|
Proses refluks 2 jam dengan suhu 120oC
|
5.
|
Didestilasi sampai suhu 170oC-180oC
|
|
6.
|
Dihentikan apabila mencapai 135oC
|
|
7.
|
Dibiarkan cairan dalam labu sampai dingin
|
|
8.
|
Dituangkan saat masih cair ke dalam labu destilasi
|
|
9.
|
Digunakan gelas beaker sebagai penerima
|
|
10.
|
Dibiarkan cairan memadat saat dingin
|
|
11.
|
Dibiarkan meleleh pada 79oC-80oC
|
|
12.
|
Diperoleh asetamida murni
|
Uji asetamida
Ditotol kloroform
Ditotol pada garis bawah
|
3.2 Pembahasan
Amida merupakan suatu senyawa yang
tersusun dari C, H, O, N. Amida dapat digolongkan menjadi 3 berdasarkan
strukturnya, yaitu amida primer, amida sekunder dan amida tersier. Asetamida
merupakan salah satu senyawa amida primer. Beberapa cara dapat dilakukan untuk
mensintesis senyawa amida yaitu dehidrasi garam amonium dengan dengan
destilasi, pemanasan asam dan urea, reaksi amonia pekat dengan metil ester, dan
hidrolisis senyawa nitril.
Asetamida merupakan senyawa yang larut dalam
air dan etanol, tidak berwarna, mempunyai titik didih 223
dan
titik leleh 820
. Lebih polar karena O-H lebih kuat dari pada
N-H karena adanya perbedaan keelektronnegatifannya. Prinsip dasar dari
percobaan ini adalah dengan mereaksikan larutan etil asetat dan ammonia melalui
proses destilasi campuran pada temperatur 180
. Kemudian dialiri kondensor pada campuran
hingga temperatur 135
.
Asam amida alifatik dapt dibuat melalui 3 tahap,
yaitu dehidrasi garam ammonium dengan cara destilasi, pemanasan asam atau garam
ammoniumnya dengan urea dan dengan perlakuan larutan ammonia pekat terhadap
ester. Proses ini dikenal dengan ammonolisis ester yang analog dengan
hidrolisis pada reaksi yang mirip. Jika amidanya larut dalam air seperti
asetamida, maka dapat diisolasi dengan proses destilasi. Pada percobaan ini
menggunakan proses ammonolisis karena hasil yang ingin dibuat adalah asetamida
yang dapat larut dalam air yang diisolasi menggunakan proses destilasi. Proses
destilasi banyak digunakan dalam pemisahan salah satunya ekstraksi minyak
atsiri menggunakan destilasi (Elvianto, 2011).
Berdasarkan percobaan yang dilakukan mula-mula
dengan membuat campuran etil asetat dan ammonia dengan perbandingan 1 : 2. Pada
prosesnya menggunakan tehnik destilasi. Destilasi adalah suatu metode yang
digunakan untuk pemisahan dan pemurnian cairan berdasarkan kecepatan atau
kemudahan menguap (volatilitas) bahan.penguapan atau destilasi umumnya
merupakan proses pemisahan satu tahap. Proses ini dapat dilakukan secara
kontinyu pada tekanan normal (Hart, 2003).
Prinsip percobaan adalah pembuatan
asetamida dengan cara mereaksikan amonia pekat dengan etil asetat melalui
proses refluks dan destilasi. Reaksi yang terjadi :
Prosedur kerja yang dilakukan
adalah dicampurkan 49 mL etil asetat dan 90 mL amonia pekat yang didiamkan
semalaman dimasukkan dalam labu destilasi. Dipasang karet gabus dileher labu
dan tutup lengan samping agar gas amonia yang menguap tidak keluar dari labu.
Campuran sesekali dikocok agar homogen, lalu didiamkan semalaman karena reaksi
antara etil asetat dan amonia berlangsung lama yang diakibatkan kestabilan
termal amonia yang rendah. Kestabilan termal merupakan kestabilan suatu senyawa
yang dipengaruhi oleh suhu. Titik didih amonia sebesar -33,34˚C, oleh karena
itu NH3 dalam suhu kamar berubah fasa menjadi gas. Dalam labu
destilasi yang telah terisolasi, NH3 susah bereaksi sepenuhnya
dengan etil asetat karena sebagian NH3 berubah menjadi gas. Sintesis
senyawa organik dapat ditambahkan katalis agar reaksi dapa berjalan dengan
cepat. Namun, pada percobaan ini tidak digunakan katalis, karena pemakaian
katalis juga harus disertai dengan pemanasan atau pemberian kalor. Dengan
adanya pemanasan, dikhawatirkan hanya sedikit NH3 yang bereaksi
dengan etil asetat sehingga asetamida yang terbentuk tidak maksimal.
Setelah dibiarkan selama satu malam,
campuran etil asetat dan NH3 didestilasi. Tujuan dibiarkan selama
satu malam yaitu untuk Prinsip kerja destilasi didasarkan pada perbedaan titik
didih dari dua zat cair yang bercampur. Sintesis amonolisis ester ini selain
menghasilkan asetamida, juga menghasilkan etanol. Oleh karena itu, cara destilasi
dipakai karena kedua senyawa tersebut memiliki perbedaan titik didih yang
signifikan, yakni etanol 78,4˚C, sedangkan asetamida 221,23 ˚C (Sudjadi, 1998).
Selanjutnya, proses destilasi dihentikan jika campuran etil asetat dan ammonia pekat sudah setengah
atau sepertiga dari volume awal. Reaksi juga dihentikan ketika tidak ada lagi
campuran yang menguap sehingga tidak menetes ke erlenmeyer yang berisi destilat
(etanol). Hasil asetamida yang dihasilkan larutan asetamida yang bewarna agak
kekuningan. Pada percobaan ini menggunakan proses yang ke 3 yaitu proses
ammonolisis karena hasil yang ingin dibuat adalah asetamida yang dapat larut
dalam air yang diisolasi menggunakan proses destilasi.
Refluks adalah pemisahan suatu
komponen dari suatu zat. Pada dasarnya prinsip refluks sama dengan ekstraksi.
Pada metode ini seluruh zat yang diinginkan akan berakhir dalam suatu pelarut
dan semua zat-zat penggangu dalam pelarut lain (Day dan Underwood, 2002).
Etil asetat merupakan pelarut non polar, yang
memiliki titik didih 77,1
dan
titik leleh -83,6
. Cairan yang tidak berwarna berbau khas.pada
banyak penelitian minyak astiri adalah senyawa kimia yang dapat tersari dengaan
baik menggunakan etil asetat (Daintith, 1994) sedangkan ammonia disini berfungsi
sebagai basa yang akan membentuk amida pada etil asetat. Percobaan ini juga
menggunakan CaCl2 sebagai penangkap uap dari kondensornya atau sebagai
pengoksidasi larutannya atau sebagai penyerap gas NH3 berlebih
Hasil destilat yang dihasilkan
adalah asetamida berwarna kuning dan larut dalam air dan etanol, lebih polar
dikarenakan adanya gugus OH- lebih kuat dari pada N-H disebabkan
adanya perbedaan keeelektronegatifan (Marlina, 2012). Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan hanya didapatkan sedikit asetamida. Hal ini dikarenakan
pada awal percobaan tidak dilakukan proses pendiaman etil asetat dengan ammonia
pekat selama 1 hari tetapi hanya semalaman, sehingga reaksi berjalan lambat
yang mengakibatkan jumlah produk asetamida yang didapatkan hanya sedikit.
Dimana seharusnya, pada awal percobaan harus dilakukan pendiaman etil asetat
dengan ammonia agar reaksi berlangsung cepat sehingga didapatkan produk dalam
jumlah yang banyak.
Hasil destilat yang didapat
dilakukan uji dengan KLT dengan tujuan untuk membuktikan bahwa destilat yang
diperoleh adalah asetamida. KLT yang digunakan dengan tinggi 5 cm, lebar 2 cm
dan jaraknya 0,3 cm. Uji yang dilakukan dengan eluen kloroform dan digunakan
etanol untuk mengidentifikasi noda, setelah ditotol noda, untuk melihat noda
dapat dilihat dari lampu sinar UV. Hasil yang diperoleh tidak terlihat
noda/spot yang muncul dari KLT. Ini mengakibatkan terjadinya kesalahan atau
destilat yang diperoleh bukan asetamida murni dan dengan demikian tidak dapat
diukur nilai Rf pada percobaan ini.
Mekanisme reaksinya adalah :
Berdasarkan dari mekanisme dapat
dijelas kan bahwa bahwa pada reaksi pertama terjadi pemutusan ikatan rangkap
yaitu dari atom C ke atom O. atom O ini memiliki 2 elekton bebas dan 2 elektron
yang berikatan kemudian pada reaksi kedua atom C menjadi positif yang artinya
kekurangan elektron. Atom C yang elektropositif ini diserang oleh NH3
yang lebih elektronegatif. Kemudian pada reaksi ketiga dimana atom O menyerang
H yang lebih elektropositif dan atom N juga menyerang H sehingga pada reaksi
keempat didapatkan senyawa NH3 manjadi senyawa NH2 sedangkan
O nya kelebihan elektron dan menyerang ikatan pada atom C. Namun O yang
berikatan dengan C2H5 lebih bersifat kekurangan elektron.
Reaksi keempat ini menyebabkan ikatan rangkap antara atom C dan atom O tetapi
ikatan antara O dengan C2H5 ini lepas sehingga yang
dihasilkan adalah senyawa asetamida atau CH3CONH2 sebagai
destilat dan etanol atau C2H5OH sebagai larutan kedua,
yang dipisah melelui proses destilasiberdasarkan titik didih masing-masing
larutan . karena yang ingin dipakai adalah asetamida maka hanya asetamida yang
diambil dan etanolnya tidak dipakai lagi.
Penjelasan singkatnya dari
mekanisme reaksi diatas, terjadi pelepasan ikatan rangkap pada etil asetat.
Kemudian saat direaksikan dengan amonia, terlihat bahwa NH3
menyerang karbon positif dari etil asetat dan kedua pereaksi mengalami
pengikatan. Lalu, reaksi yang ketiga terjadi penyerangan H dari NH3 oleh
O, sehingga H lepas dan berikatan dengan O. Selanjutnya terjadi ikatan rangkap
kembali, dimana membentuk senyawa asetamida yang berikatan dengan etanol.
Setelah itu terjadi pelepasan etanol yang mudah menguap terlebih dahulu.
Terbentuklah senyawa asetamida
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Berdasarkan percobaan yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembuatan asetamida dilakukan dengan mereaksikan
etil asetat dan ammonia. Dimana proses ini disebut dengan ammonolisis ester.
Mekanismenya
melalui proses destilasi sampai diperoleh cairan murni yang disebut asetamida.
4.2
Saran
Adapun saran pada percobaan ini
adalah dapat digunakan jenis asam karboksilat yang lainnya sebagai pengganti
etil asetat.
DAFTAR
PUSTAKA
Basri, S., 2003.
Kamus Kimia. Rineka Cipta. Jakarta
Daintith, J, 1994. Kamus
Lengkap Kimia. Alih bahasa : Suminar Achmadi. Erlangga. Jakarta.
Day
R, A., dan Underwood A,L., 2002. Analisis
Kimia Kuantitatif. Alih Bahasa : A.H. Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta
Elvianto, D.W dan Muyasarroh. 2011. Ektraksi Minyak Atsiri Pada Tanaman Kemangi
Dengan Proses Destilasi. ITN Malang. Malang.
Fessenden, R.J
dan Fessenden J.S., 1992. Kimia Organik,
Jilid I, Edisi 3, A.B : A.H Pudjaatmaka, Erlangga, Jakarta.
Hart, H. Crame,
J.E dan Hart, D.J, 2003. Kimia Organik.
Jilid I. Edisi 3. AB : Suminar Achmadi, Erlangga, Jakarta.
Marlina, S.,
dkk. 2012. Pengaruh Konsentrasi Oksidator
Pada Proses Hidroksilasi Minyak Jarak (Castor Oil) Dengan atau Tanpa Proteksi
Gugus Hidroksi. Vol. 1 No.5 ISSN 2403-5672. ITB. Bandung.
Sudjadi. 1998. Metode Pemisahan. Kanisius. Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar