ABSTRACT
ADSORPTION ISOTHERM
Adsorption is the absorption of a substance on the
surface of another substance. Adsorption model of isotherm in general is not
worth the curve that describes the phenomena that govern the storage of a
substance. Mashed activated carbon using a pestle and mortar. Provided a
solution with a concentration of HCl 0.5 M; 0.25 M; 0.125 M; 0.0625 M and
0,0313 M. Incorporated into each individual an erlenmeyer flask that contains
activated carbon, shake a shaker for 1 minute on a regular basis with a distance
of 10 minutes. Titration with a solution of HCl and ditetesi indicator
fenolfthalein. The filtered solution containing activated carbon. Given the
indicators fenolfthalein, their titration with NaOH. On a solution of HCl 0.5
M, V= 39,4 ml HCl solution, 0.25 M, V=
18,8 ml of HCl solution, 0.0125 M, V= 7,4
ml HCl solution, 0,0675 M, V= 5,3 ml of HCl solution, 0,0313 M, V= 2,5 ml. Result
of this experiment including physical adsorption, due to van der waals forces
between the adsorbents with adsorbate.
Keywords:
adsorption, adsorption isoterm, HCl, NaOH, titration
ABSTRAK
ADSORPSI ISOTERM
ADSORPSI ISOTERM
Adsorpsi
adalah penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Model adsorpsi isoterm
pada umumnya adalah kurva tak bernilai yang menggambarkan fenomena yang
mengatur penyimpanan suatu zat. Dihaluskan karbon aktif dengan menggunakan alu
dan lumpang. Disediakan larutan HCl dengan konsentrasi 0,5 M
; 0,25 M; 0,125 M; 0,0625 M dan 0,0313 M. Dimasukkan masing–masing kedalam erlenmeyer yang berisi karbon aktif, dikocok dengan alat shaker selama 1 menit secara teratur dengan jarak 10 menit. Ditirasi dengan larutan HCl dan ditetesi indikator fenolfthalein. Disaring larutan yang berisi karbon aktif. Diberi indikator fenolfthalein, Ditirasi masing–masing dengan larutan NaOH. Pada larutan HCl 0,5 M, V= 39,4 ml, larutan HCl 0,25 M, V= 18,4 ml, larutan HCl 0,0125 M, V= 7,4 ml, larutan HCl 0,0675 M, V= 5,3 ml, larutan HCl 0,0313 M, V= 2,5 ml. Hasil percobaan ini termasuk adsorpsi fisik, karena adanya gaya van der waals antara adsorben dengan adsorbat.
; 0,25 M; 0,125 M; 0,0625 M dan 0,0313 M. Dimasukkan masing–masing kedalam erlenmeyer yang berisi karbon aktif, dikocok dengan alat shaker selama 1 menit secara teratur dengan jarak 10 menit. Ditirasi dengan larutan HCl dan ditetesi indikator fenolfthalein. Disaring larutan yang berisi karbon aktif. Diberi indikator fenolfthalein, Ditirasi masing–masing dengan larutan NaOH. Pada larutan HCl 0,5 M, V= 39,4 ml, larutan HCl 0,25 M, V= 18,4 ml, larutan HCl 0,0125 M, V= 7,4 ml, larutan HCl 0,0675 M, V= 5,3 ml, larutan HCl 0,0313 M, V= 2,5 ml. Hasil percobaan ini termasuk adsorpsi fisik, karena adanya gaya van der waals antara adsorben dengan adsorbat.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adsorpsi
merupakan fenomena yang melibatkan interaksi fisik, kimia dan gaya
elektrostatik antara adsorbat dengan adsorben pada permukaan adsorben. Gaya
tarik-menarik dari suatu padatan
dibedakan menjadi dua jenis yaitu: gaya fisika dan gaya kimia yang
masing-masing menghasilkan adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Peristiwa
adsorpsi merupakan suatu fenomena permukaan, yaitu terjadinya penambahan
konsentrasi komponen tertentu pada permukaan antara dua fasa. Adsorpsi dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu: adsorpsi fisis (physical adsorption) dan adsorpsi
kimia (chemical adsorption) (Sukardjo, 1990). Adsorben
adalah zat yang mengadsorpsi zat lain, sedangkan adsorbat adalah zat yang
teradsorpsi zat lain, adsorben dapat dibagi dalam jenis polar dan non polar.
Penyerap polar lebih lanjut dapat dibagi dalam adsorben bersifat asam dan
adsorben bersifat basa, adsorben asam meliputi silika dan klorosil, sedangkan
adsorben basa adalah amina dan magnesia ( kecuali telah diperlakukan asam ).
Adsorben basa lebih menahan asam, misalnya turunan fenol, perol, trofenol dan
asam karboksilat (Daintith, 1994). Model
adsorpsi isoterm pada umumnya adalah kurva tak bernilai yang menggambarkan
fenomena yang mengatur penyimpanan suatu zat dari media berair berpori atau
lingkungan perairan solid pada suhu konstan dan pH 32,33 (K.Y. Foo , 2009).
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan
percobaan ini yaitu untuk menentukan adsorpsi isoterm menurut Freundlich bagi
proses adsorpsi asam klorida pada arang.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip
percobaan pada praktikum ini adalah menentukan adsorpsi isoterm menurut
Freundlich bagi proses adsorpsi asam klorida pada karbon aktif melalui
perubahan konsentrasi pada permukaan dua fasa dan dengan menambahkan adsorben
kedalam larutan asam klorida dan dibiarkan beberapa saat sehingga terjadi
proses adsorpsi dan jumlah zat yang teradsorpsi ditentukan dengan metode
titrasi asam basa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Adsorpsi
Adsorpsi
adalah penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Gaya tarik menarik dari
suatu padatan dibedakan menjadi dua jenis yaitu: gaya fisika dan gaya kimia
yang masing-masing menghasilkan adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Ada dua
macam adsorpsi yaitu (Sukardjo,1990):
1. Adsorpsi Fisika, yaitu adsorpsi yang disebabkan oleh gaya van der waals yang ada pada permukaan adsorben. Panas adsorpsi fisika lebih rendah dan lapisan yang terjadi pada permukaan adsorben lebih dari satu molekul.
2. Adsorpsi Kimia, terjadi karena adanya reaksi antara zat yang diserap dengan adsorben, panas adsorpsi tinggi, lapisan molekul pada permukaan adsorbennya hanya satu lapis.
1. Adsorpsi Fisika, yaitu adsorpsi yang disebabkan oleh gaya van der waals yang ada pada permukaan adsorben. Panas adsorpsi fisika lebih rendah dan lapisan yang terjadi pada permukaan adsorben lebih dari satu molekul.
2. Adsorpsi Kimia, terjadi karena adanya reaksi antara zat yang diserap dengan adsorben, panas adsorpsi tinggi, lapisan molekul pada permukaan adsorbennya hanya satu lapis.
Untuk
hampir semua proses adsorpsi fisik, kapasitas suatu adsorben menurun sebagai
suhu sistem meningkat. Sebagai suhu meningkat, molekul teradsorpsi memperoleh
memperoleh energi yang cukup untuk mengatasi daya tarik van der waals, menahan
mereka ke fase terkondensasi dan bermigrasi kembali ke fase gas. Adsorpsi
adalah proses eksotermik (Basu, 2002).
Karakteristik
adsorpsi ditentukan dengan bantuan analisis primer. Studi desorpsi sebagai
fungsi pH dilakukan untuk menganalisis kemungkinan menggunakan kembali adsorben
untuk adsorpsi lebih lanjut dan untuk membuat proses lebih ekonomis (Ramachandran, 2011).
2.1.2 Adsorpsi Isoterm
Persamaan
Freundlinch dan Langmuir sering digunakan untuk mengolah data adsorpsi dari
larutan. Isoterm Freundlinch merupakan persamaan dari yang menghubungkan jumlah material yang
teradsorpsi dengan konsentrasi material dalam larutan yang dirumuskan dalam
bentuk persamaan :

log
= log K + log 1/n log C

x
adalah jumlah gram zat yang diserap, m adalah jumlah gram yang teradsorpsi per
gram adsorben, C adalah konsentrasi adsorbat pada kesetimbangan, K dan 1/n
adalah tetapan, dengan mengukur m sebagai fungsi C maka nilai n dan K akan
ditentukan dari slop dan intersupnya. Isoterm Freundlich tidak berlaku jika
konsentrasi atau tekanan dari zat yang akan teradsorpsi terlalu tinggi.
(Keenan, 1990).
Adsorpsi
isoterm Langmuir, awalnya dikembangkan untuk menggambarkan fase gas ke padat
adsorpsi ke karbon aktif. Langmuir isoterm mengacu adsorpsi homogen, yang tiap
molekul memiliki entalpi konstan dan energi aktivasi penyerapan (semua situs
memiliki afinitas yang sama untuk adsorbat). (K.Y. Foo, 2009).
2.1.3 Karbon Aktif
Karbon
aktif merupakan jenis adsorben yang paling tua dan paling luas penggunaannya.
Penyerapan zat dari larutan mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat,
penyerapan bersifat selektif, yang diserap hanya zat terlarut atau pelarut.
(Khopkar, 2003).
2.1.4 Titrasi Asam Basa
Titrasi
asam basa merupakan suatu proses penambahan larutan standar (asam atau basa)
sampai reaksi tepat lengkap. Titrasi adalah salah satu cara analisa yang
memungkinkan untuk mengukur jumlah yang pasti dari suatu larutan dengan
mereaksikan dengan larutan lain yang konsentrasinya diketahui (Brady, 1999).
2.2
Analisis Bahan
2.2.1 Akuades (H2O)
Akuades
merupakan pelarut yang sangat baik, tidak berwarna, netral dan temperaturnya
stabil. Mempunyai titik beku pada 0 0C dan titik didih 100 0C
dan daerah kestabilan redoksnya cukup luas (Kusuma, 1983).
2.2.2 Asam Klorida
(HCl)
Asam
klorida merupakan larutan yang memiliki bau yang khas dan berasap karena
penguapan gas hidrogen klorida. Memiliki kerapatan 1,19 gr/cm3 dan bersifat korosif (Khasani, 1998).
2.2.3 Indikator
Fenolfthalein
Indikator fenolfthalein berupa kristal tak berwarna, tidak berwarna pada pH 8,0 dan berwarna di atas pH 9,6. Larut dalam alkohol sekitar 95% dan larut dalam eter. Selain itu fenolfthalein juga digunakan sebagai reagen untuk oksidasi HCN peroksida dan tembaga (Basri, 2003).
Indikator fenolfthalein berupa kristal tak berwarna, tidak berwarna pada pH 8,0 dan berwarna di atas pH 9,6. Larut dalam alkohol sekitar 95% dan larut dalam eter. Selain itu fenolfthalein juga digunakan sebagai reagen untuk oksidasi HCN peroksida dan tembaga (Basri, 2003).
2.2.4 Karbon
Karbon
merupakan material grafit dan kerangka c-aktif tersebut dari hubungan inegular
dari kristalit. Luas permukaan spesifik c-aktif umumnya berada pada kisaran
500-1500 m2/g yang memungkinkannya untuk adsorpsi (Basset, 1994).
2.2.5 Natrium
Hidroksida (NaOH)
Natrium
hidroksida berupa padatan lembab cair kuning yang berwarna putih, larut dalam
air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter memiliki titik didih 1380 0C.
NaOH sangat basa dan banyak digunakan dalam industri kimia, terutama untuk
membuat sabun dan kertas. Larutan NaOH sangat korosif terhadap jaringan tubuh
dan terutama membahayakan mata (Daintith, 1994).
BAB III
METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat–alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah alu dan lumpang, batang mengaduk 1
buah, botol semprot, buret 50 ml 1 buah, corong kaca 5 buah, erlenmeyer 5 buah,
gelas arloji 1 buah, gelas beaker 2 buah,
kertas saring 3 buah, labu ukur
500 ml 1 buah, pipet tetes 1 buah,
pipet volume 5 ml, 10 ml, 25 ml 1 buah, shaker, dan spatula.
3.1.2 Bahan
Bahan–bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades (H2O), asam klorida
(HCl), indikator fenolfthalein, karbon aktif, dan natrium hidroksida (NaOH).
3.2
Prosedur Kerja
Dihaluskan
karbon aktif dengan menggunakan alu dan lumpang. Ditimbang sebanyak 5 masing–masing
5 gram. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Dipipet larutan HCl sebanyak 250 ml dan
di masukkan kedalam labu ukur 500 ml Ditepatkan sampai tanda batas. Di kocok
hingga homogen. Disediakan larutan HCl dengan konsentrasi 0,5 M; 0,25 M;
0,125 M; 0,0625 M; 0,0313 M. Dimasukkan masing–masing ke dalam erlenmeyer
yang berisi karbon aktif, ditutup erlenmeyer dan di kocok dengan alat shaker
selama 1 menit secara teratur dengan jarak 10 menit. Ditimbang padatan NaOH
sebanyak 2 gram. Dimasukkan ke dalam gelas beaker dan diaduk dengan akuades.
Dimasukkan ke dalam labu ukur dan ditepatkan akuades hingga tanda batas dan
dikocok hingga homogen. Dipipet larutan NaOH sebanyak 50 ml dan dimasukkan
kedalam buret. Ditirasi dengan larutan HCl dan ditetesi indikator
fenolfthalein. Disaring larutan yang berisi karbon aktif. Dipipet masing-masing
hasil saringan 10 ml. Diberi indikator fenolfthalein dan dimasukkan kedalam
erlenmeyer. Ditirasi masing–masing dengan larutan NaOH sampai menghasilkan
larutan berwarna merah muda.
3.3
Rangkaian Alat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
4.1.1 Standarisasi Larutan HCl
dengan Karbon Aktif
NO
|
V HCl
|
Konsentrasi HCl
|
V
NaOH
|
1
|
10 ml
|
0,5
|
39,4
ml
|
2
|
10 ml
|
0,25
|
18,8
ml
|
3
|
10 ml
|
0,125
|
7,4 ml
|
4
|
10 ml
|
0,0625
|
2,5
ml
|
5
|
10 ml
|
0,0313
|
5,3 ml
|
4.1.2 Tabel Hasil Pembuatan Larutan
HCl
NO
|
M HCl
|
m
|
X
|
X/M
|
Log X/M
|
C
|
Log C
|
1
|
0, 5 M
|
0, 5 gr
|
0, 11988
|
0, 23976
|
-0, 6202
|
0, 4334
|
-0, 6311
|
2
|
0, 25 M
|
0, 5 gr
|
0, 07776
|
0, 15552
|
-0, 8082
|
0, 2068
|
-0, 6844
|
3
|
0, 125 M
|
0, 5 gr
|
0, 07884
|
0, 15768
|
-0, 8022
|
0, 0814
|
-1, 0893
|
4
|
0, 0625 M
|
0, 5 gr
|
0, 063
|
0, 126
|
-0, 8996
|
0, 0275
|
-1, 5606
|
5
|
0, 0313 M
|
0, 5 gr
|
0, 0486
|
0, 0972
|
-1, 01233
|
0, 0583
|
-1, 2343
|
4.2
Pembahasan
4.2.1 Analisis Prosedur
Pada
pecobaan adsorpsi isoterm terdapat tujuan yaitu menentukan adsorpsi isoterm
menurut Freundlinch bagi proses adsorpsi asam asetat pada arang. Dimana yang
dimaksud dengan adsorpsi merupakan penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain
yang melibatkan interaksi fisik, kimia dan gaya elektrostatik antara adsorben
dengan adsorbat pada permukaan adsorben. Yang
dimaksud adsorben itu adalah suatu zat yang memiliki ukuran partikel yang
seragam kepolarannya akan sama dengan zat yang akan di serap dan mempunyai berat
molekul besar sedangkan adsorbat adalah suatu zat yang teradsorpsi zat lain.
Pada percobaan ini adsorben yang digunakan adalah karbon aktif bukan arang,
karena apabila menggunakan arang, sebelum digunakan arang tersebut harus di
aktifkan terlebih dahulu dengan cara di panaskan, agar pori-pori arang semakin besar
sehingga dapat mempermudah penyerapan. Karena semakin luas permukaan adsorben
maka daya penyerapannya pun semakin tinggi. Dimana penggerusan pada arang
adalah cara memperluas permukaan adsorbennya. Tetapi berbeda pada karbon aktif
(norit), tidak perlu dipanaskan lagi, karena untuk memperluas permukaan
adsorbennya sudah di aktifasi.
Aktifasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang
bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan
hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang
mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya
bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi. Selain karbon aktif,
yang biasa digunakan sebagai adsorben adalah silika gel, zeolit dan penyaring
molekul. Aktivasi fisik dilakukan dengan cara pemanasan dan aktivasi kimia
dilakukan dengan penambahan larutan kimia.
Pada
percobaan adsorpsi isoterm ini terdapat beberapa tahap, yang mana tahap yang
harus dilakukan pertama kali adalah menghaluskan karbon aktif dengan
menggunakan alu dan lumpang, tujuannya adalah memperbesar luas permukaan dari
arang aktif sehingga daya serapnya menjadi lebih tinggi, kemudian di bungkus
dengan aluminium foil sebanyak 5 buah, dan ditimbang masing–masing beratnya 1
gram. Setelah itu dimasukkan ke dalam erlenmeyer, dipipet
larutan HCl sebanyak 250 ml dan di masukkan kedalam labu ukur 500 ml.
Ditepatkan sampai tanda batas. Di kocok hingga homogen. Disediakan larutan asam
dengan konsentrasi 0,5 M; 0,25 M; 0,125 M;
0,0625 M; 0,0313 M. Dimasukkan masing – masing kedalam erlenmeyer yang
berisi karbon aktif, ditutup erlenmeyer dengan wraping yang bertujuan supaya
karbon aktif tidak menyerap molekul lain (udara) serta fungsi pori-pori karbon
aktif untuk menyerap larutan HCl bukan molekul lain dan kemudian di kocok
dengan alat shaker agar larutan dapat melarut dengan sempurna, dibuat
kondisi adsorben jenuh sehingga tidak menyerap adsorbat lagi karena karbon
aktif juga mempunyai kapasitas daya serap tertentu. Larutan dikocok, tujuan
pengocokan agar adanya interaksi/kontak antar adsorben dan adsorbat secara
maksimal. Selama 1 menit secara teratur dengan jarak 10
menit, ditimbang padatan NaOH sebanyak 2 gram. Dimasukkan ke dalam gelas beaker
dan diaduk dengan akuades. Dimasukkan ke dalam labu ukur dan ditepatkan akuades
hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen. Dipipet larutan NaOH sebanyak 50
ml dan dimasukkan kedalam buret. Ditirasi dengan larutan HCl 0,5 M dan diberi 3
tetes indikator fenolfthalein, dan menghasilkan perubahan warna merah muda pada
volume 15,7 ml. Disaring larutan yang berisi karbon aktif. Hal ini ditujukan
untuk memisahkan adsorben dan adsorbatnya, hingga terdapat residu dan filtrat,
filtratnya di titrasi dengan larutan standar NaOH menggunakan indikator
fenolftalein.
Titrasi
dilakukan untuk mengetahui konsentrasi larutan asam yang telah teradsorpsi.
Fungsi dilakukannya titrasi yaitu untuk mengetahui jumlah zat yang teradsorpsi.
Penggunaan indikator fenolfthalein bertujuan untuk mengetahui titik akhir titrasi larutan yang
ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan menjadi merah muda. Alasan
lain ialah karena titrasi yang dilakukan menggunakan metode alkalimetri, yakni
dititrasi dengan larutan standar basa, sehingga digunakan indikator
fenolftalein yang mempunyai rentang pH 8,3-10,0.
4.2.2 Analisis Hasil
Pada
percobaan ini termasuk adsorpsi fisik, karena adanya gaya van der waals antara
adsorben dengan adsorbat yang digunakan sehingga proses adsorpsi hanya terjadi
di permukaan larutan. Pada larutan HCl 0,5 M, V= 39,4 ml,
larutan HCl 0,25 M, V= 18,8 ml, larutan HCl 0,0125 M, V= 7,4 ml, larutan HCl
0,0625 M, V= 5,3 ml, larutan HCl 0,0313 M, V= 2,5 ml. Pada percobaan ini
termasuk adsorpsi fisik, karena adanya gaya van der waals antara
adsorben dengan adsorbat yang digunakan sehingga proses adsorpsi hanya terjadi
di permukaan larutan.
Berdasarkan
pada hasil tabel 4.1.2 diperoleh nilai log C yaitu: -0,6311, -0,6844, -1,0893, -1,5606 dan –1,2343. Dan hasil pada grafik menyatakan bahwa semakin
besar nilai konsentrasi maka semakin besar jumlah zat larutan HCl yang terserap
dan sebaliknya.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah diperoleh, volume
titran yang digunakan untuk larutan asam klorida 0,5 M adalah 39,4 ml, larutan
asam klorida 0,25 M adalah 18,8 ml, larutan asam klorida 0,0125 M adalah 7,4
ml, larutan asam klorida 0,0625 M adalah 5,3 ml dan larutan asam klorida 0,0313
M adalah 2,5 ml. Dari hasil percobaan dapat kita lihat pengaruh konsentrasi
asam klorida, dimana semakin besar konsentrasi asam klorida, maka semakin besar
pula diperlukan volume titran untuk mentitrasi volume asam klorida yang telah
diadsorpsi. Ini sesuai dengan teori dimana nilai absorbansi seharusnya
semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi larutan yang diukur. Selain
itu, adsorben yang digunakan yakni karbon aktif yang merupakan suatu adsorben
yang sangat baik dan bentuknya yang berupa serbuk dapat menyebabkan besarnya
adsorpsi yang terjadi karena memiliki permukaan yang luas. Serta faktor
pengadukan dimana semakin lama waktu adsorpsi (pengadukan serta didiamkannya
larutan tersebut), maka volume titran yang diperlukan semakin sedikit.
Pengaruh keasaman suatu larutan kapasitas adsorpsi yaitu
semakin asam suatu larutan maka kapasitas adsorpsi yang dibutuhkan semakin
besar juga. Hasil grafik yang diperoleh yaitu sama dengan grafik Freundlich
yaitu grafik yang dihasilkan persamaan linear garis lurus.
Nilai K yang diperoleh
yaitu 0,28. Nilai K adalah nilai yang paling menentukan dalam kapasitas
adsorpsi. Setelah itu dibuat grafik. Grafik dapat dilihat di lampiran.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari
percobaan adsorpsi isoterm dapat di simpulkan bahwa percobaan ini termasuk
adsorpsi fisik, karena adanya gaya van der waals antara adsorben dengan adsorbat
yang digunakan sehingga proses adsorpsi hanya terjadi di permukaan larutan.
Serta diketahui bahwa semakin besar nilai konsentrasi maka
semakin besar jumlah zat larutan HCl yang terserap dan sebaliknya. Dari hasil percobaan dapat kita lihat pengaruh
konsentrasi asam klorida, dimana semakin besar konsentrasi klorida, maka
semakin banyak pula diperlukan titran untuk mentitrasi volume asam klorida yang
telah diadsorpsi. Semakin besar konsentrasi maka semakin besar juga kapasitas
adsorpsi yang dibutuhkan untuk menyerap zat.
5.2
Saran
Dalam
percobaan ini sebaiknya menggunakan asam lemah seperti asam asetat agar lebih
aman (safety) bagi praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Basri, 2003. Kamus Lengkap Kimia. Rineka Cipta. Jakarta
Basset, J.
dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Basu, S, Paul F. Henshaw. Nihar Biswas, and Hon K.
Kwan. 2002. Prediction Of Gas-Phase
Adsorption Isotherms Using Neural Nets. Civil and Environmental Engineering.
University of Windsor. Canada
Brady, J.E. 1999. Kimia
Universitas Asas dan Struktur. Edisi 5. Jilid 1. Penerjemah : Sukmariah
Maun. Erlangga. Jakarta
Daintith, J, 1994. Kamus Lengkap Kimia. Alih bahasa :
Suminar Achmadi. Erlangga. Jakarta
Foo, K.Y, B.H Hameed.
2009. Insights in to The Modeling of
Adsorption Isotherm Systems. School of Chemical Engineering Campus.
Universiti Sains Malaysia. Malaysia
Keenan, C.W, D.C
Kleinfelter dan J.H Wood. 1990. Kimia
Untuk Universitas. Jilid 2. Edisi keenam. Penerjemah : Pudjaatmaka.
Erlangga. Jakarta
Khasani, Imam S. 1998. Lembar Data dan Keselamatan Bahan.
Bandung : Puslitbang kimia
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta
Kusuma, S, 1983. Bahan-Bahan Kimia. Edisi 7. Erlangga.
Jakarta
Ramachandran, P. Raj
Vairamuthu, and Sivakumar Ponnusamy. 2011. Adsorption
Isotherms, Kinetics, Thermodynamics and Desorption Studies of Reactive Orange
16 ON Activated Carbon Derived From Carbon. Department of Chemistry, Sri
Meenakshi Government College For Women. Madurai. Tamil Nadu. India
Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Rineka Cipta. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar